Selasa, 10 Juli 2018

Mandatte diantara Gunung Nona dan Gunung Bambapuang



Mandatte diantara Gunung Nona dan Gunung Bambapuang
              Mandatte puncak Kenangan, kampung mandatte merupakan salah satu kampung yang berada di wilayah Desa Mandatte, kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang, prov.Sulsel. Mandatte berarti tempat yang rata di puncak kenangan jalan menuju tator dari endrekang, kampung ini berada di km 15 dari kota endrekang atau 2 Km dari pasar sentral Cakke Kampung ini merupakan kampung persinggahan bis-bis besar dari kabupaten tana toraja, dan Palopo. Penumpang bis dari tator dan palopo secara rutin akan singgah di kampung mandatte, tidak hanya untuk membeli oleh-oleh khas Endrekang dan makan, tapi yang lebih penting mereka dapat melihat view pemandangan hamparan petani bawang merah yang berada di lembah kaki gunung Nona yang sangat  menawan, disana pada musim tanam akan menampakan hamparan hijau muda daun bawang merah, dan ketika musim panen akan menampakan pemandangan nan indah sebaran terpal merah muda menandakan bahwa di bawah sana ada kegiatan pengeringan bawang di bawah tenda terpal.
           Kegiatan petani bawang merah di lembag gunung nona, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para penumpang dari makasar menuju tana toraja, sehingga bagi masyarakat Enrekang melihat sebagai peluang untuk membuka usaha rumah makan dan oleh-oleh, berjejer hampir di sepanjang jalur jalan menuju tana toraja dan palopo yang berada di wilayah kampung mandatte. Kampung mandatte telah mulai di kenal oleh para penumpang dan sebahagian wisatawan yang menuju ke tana toraja dan palopo.
Sekilas tentang Gunung Nona dan gunung Bambapuang.
Gunung nona merupakan hamparan pegunungan yang berada di sebelah timur jalur jalan menuju tana toraja dan palopo, penamaan gunung nona bukanlah sekedar penamaan saja, atau di sana ada kayu nona yang tumbuh akan tetapi menurut masyarakat di sana, penamaan gunung Nona di ambil dari bentuk alat kelamin perempuan yang sedang tidur mengangkang jika di lihat dari atas jalan menuju palopo, dan tana toraja.
Bambapuang, merupakan kawasan pegunungan batu kapur / Karst yang berada disisi kiri jalan menuju tana toraja dan palopo yang memanjang sepanjang Lk 5 Km, mulai dari kampung mandatte menuju  kampung cakke kecamatan Anggeraja, kabupaten Endrekang. Hamparan pegunungan ini menjulang tinggi lebih tinggi dari puncak gunung nona yang saling berhadapan, kedua gunung ini terletak di mandatte yang saling berhadapan, keduanya dipisahkan oleh Jalan trans sulawesi dari kota makasar ke kota kabupaten tana toraja dan palopo.
Di kaki gunung bambapuang, juga sebahagian telah ditanami bawang merah, sayuran dan jagung, dan di sekitar kiri kanan jalan berjejer rumah penduduk untuk tempat berjualan yang menyediakan hidangan menu makanan dan oleh-oleh khas Endrekang. Salah satu oleh-oleh khas endrekang adalah penganan “Deppa Tetekang” berbahan baku tepung beras, gula merah dan wijen.
Mujizat atau Ancaman
             Keberadaan kedua gunung ini di pandang sebagai mujizat oleh sebahagian masyarakat, dimana menciptakan suhu udara yang dingin, tanah  yang subur serta cocok untuk tempat budidaya bawang merah, kubis dan kentang serta sayuran segar yang belum tentu dapat tumbuh di tempat lain.
Akan tetapi, kondisi ini dapat menjadi ancaman tanah longsor bagi warga masyarakat yang bermukim dilereng dan di kaki gunung jika tidak segera ada upaya dini untuk upaya mitigasi bencana tanah longsor yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat dan NGO atau AMAN Endrekang, sebagai salah satu pemerhati lingkungan saat ini.
Ancaman tanah longsor dapat saja terjadi sewaktu-waktu di saat kemampuan tanah dalam menahan beban air permukaan di ambang batas toleransi, sehingga memungkinkan pergeseran tanah dari puncak dan lereng bergeser ke tempat yang lebih rendah.
Dari pengamatan lapangan, hampir sepanjang lereng pegunungan bambapuang, pegunungan Nona dan pegunungan palayan telah ditanami tanaman bawang merah dan sebahagian telah digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk, lereng-lereng gunung ini hanya di topang oleh bongkahan-bongkahan batu, yang sekaligus menjadi pematang seperti layaknya pematang sawah.
Pohon-pohon yang dahulu  tumbuh dan menjadi penahan air dan tanah dilereng-lereng gunung telah sirna menjadi bahan bangunan warga masyarakat, dan juga sebahagian di gunakan untuk kayu bakar oleh penduduk yang menyebabkan menurunnya daya dukung lahan dalam mempertahankan kerentanan dari erosi dan banjir.
Ancaman tanah longsor bagi masyarakat lereng gunung Anggeraja di perkuat lagi dengan kondisi lapangan di mana lahan-lahan budidaya tanaman bawang bak penampungan air untuk menyirami tanaman bawang mereka. Pada musim penghujan kemungkinan aliran air permukaan pada lahan-lahan budidaya sangat tinggi dan dapat menyebabkan tanah longsor, dan menimbun daerah pemukiman penduduk di bawahnya.
Upaya pencegahan
             Kiranya ancaman tanah longsor bagi warga anggeraja, menjadi pintu masuk untuk menggerakan kerja-kerja kolaborasi dalam upaya pencegahan tanah longsor sejak dini, dengan mulai melakukan penanaman tanaman kayu-kayuan yang berfungsi dapat menahan air permukaan pada batas-batas lahan antar milik warga. Mengurangi penebangan pepohonan di puncak gunung dan lereng-lereng gunung, serta penebangan kayu untuk kebutuhan kayu bakar masyarakat. Untuk memulai kerja kolaborasi pencegahan banjir, PD Aman Endrekang dapat memulainya dengan bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Endrekang, sehingga bencana tanah longsor dapat dicegah sedini mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar