Mandatte diantara Gunung
Nona dan Gunung Bambapuang
Mandatte puncak
Kenangan, kampung mandatte merupakan salah satu kampung yang berada di wilayah
Desa Mandatte, kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang, prov.Sulsel. Mandatte berarti tempat yang rata di puncak kenangan jalan menuju tator dari endrekang, kampung ini berada di
km 15 dari kota endrekang atau 2 Km dari pasar sentral Cakke Kampung ini
merupakan kampung persinggahan bis-bis besar dari kabupaten tana toraja, dan
Palopo. Penumpang bis dari tator dan palopo secara rutin akan singgah di
kampung mandatte, tidak hanya untuk membeli oleh-oleh khas Endrekang dan makan,
tapi yang lebih penting mereka dapat melihat view pemandangan hamparan petani
bawang merah yang berada di lembah kaki gunung Nona yang sangat menawan, disana pada musim tanam akan menampakan
hamparan hijau muda daun bawang merah, dan ketika musim panen akan menampakan
pemandangan nan indah sebaran terpal merah muda menandakan bahwa di bawah sana
ada kegiatan pengeringan bawang di bawah tenda terpal.
Kegiatan petani bawang merah di
lembag gunung nona, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para penumpang
dari makasar menuju tana toraja, sehingga bagi masyarakat Enrekang melihat
sebagai peluang untuk membuka usaha rumah makan dan oleh-oleh, berjejer hampir
di sepanjang jalur jalan menuju tana toraja dan palopo yang berada di wilayah
kampung mandatte. Kampung mandatte telah mulai di kenal oleh para penumpang dan
sebahagian wisatawan yang menuju ke tana toraja dan palopo.
Sekilas tentang Gunung Nona dan gunung Bambapuang.
Gunung nona merupakan hamparan
pegunungan yang berada di sebelah timur jalur jalan menuju tana toraja dan
palopo, penamaan gunung nona bukanlah sekedar penamaan saja, atau di sana ada
kayu nona yang tumbuh akan tetapi menurut masyarakat di sana, penamaan gunung
Nona di ambil dari bentuk alat kelamin perempuan yang sedang tidur mengangkang
jika di lihat dari atas jalan menuju palopo, dan tana toraja.
Bambapuang, merupakan kawasan
pegunungan batu kapur / Karst yang berada disisi kiri jalan menuju tana toraja
dan palopo yang memanjang sepanjang Lk 5 Km, mulai dari kampung mandatte
menuju kampung cakke kecamatan
Anggeraja, kabupaten Endrekang. Hamparan pegunungan ini menjulang tinggi lebih
tinggi dari puncak gunung nona yang saling berhadapan, kedua gunung ini
terletak di mandatte yang saling berhadapan, keduanya dipisahkan oleh Jalan
trans sulawesi dari kota makasar ke kota kabupaten tana toraja dan palopo.
Di kaki gunung bambapuang, juga
sebahagian telah ditanami bawang merah, sayuran dan jagung, dan di sekitar kiri
kanan jalan berjejer rumah penduduk untuk tempat berjualan yang menyediakan
hidangan menu makanan dan oleh-oleh khas Endrekang. Salah satu oleh-oleh khas
endrekang adalah penganan “Deppa Tetekang” berbahan baku tepung beras, gula
merah dan wijen.
Mujizat atau Ancaman
Keberadaan kedua gunung ini di pandang sebagai
mujizat oleh sebahagian masyarakat, dimana menciptakan suhu udara yang dingin,
tanah yang subur serta cocok untuk
tempat budidaya bawang merah, kubis dan kentang serta sayuran segar yang belum
tentu dapat tumbuh di tempat lain.
Akan tetapi, kondisi ini dapat
menjadi ancaman tanah longsor bagi warga masyarakat yang bermukim dilereng dan
di kaki gunung jika tidak segera ada upaya dini untuk upaya mitigasi bencana
tanah longsor yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat dan NGO
atau AMAN Endrekang, sebagai salah satu pemerhati lingkungan saat ini.
Ancaman tanah longsor dapat saja
terjadi sewaktu-waktu di saat kemampuan tanah dalam menahan beban air permukaan
di ambang batas toleransi, sehingga memungkinkan pergeseran tanah dari puncak
dan lereng bergeser ke tempat yang lebih rendah.
Dari pengamatan lapangan, hampir
sepanjang lereng pegunungan bambapuang, pegunungan Nona dan pegunungan palayan
telah ditanami tanaman bawang merah dan sebahagian telah digunakan sebagai
tempat pemukiman penduduk, lereng-lereng gunung ini hanya di topang oleh
bongkahan-bongkahan batu, yang sekaligus menjadi pematang seperti layaknya
pematang sawah.
Pohon-pohon yang dahulu tumbuh dan menjadi penahan air dan tanah dilereng-lereng
gunung telah sirna menjadi bahan bangunan warga masyarakat, dan juga sebahagian
di gunakan untuk kayu bakar oleh penduduk yang menyebabkan menurunnya daya
dukung lahan dalam mempertahankan kerentanan dari erosi dan banjir.
Ancaman tanah longsor bagi
masyarakat lereng gunung Anggeraja di perkuat lagi dengan kondisi lapangan di
mana lahan-lahan budidaya tanaman bawang bak penampungan air untuk menyirami
tanaman bawang mereka. Pada musim penghujan kemungkinan aliran air permukaan
pada lahan-lahan budidaya sangat tinggi dan dapat menyebabkan tanah longsor,
dan menimbun daerah pemukiman penduduk di bawahnya.
Upaya pencegahan
Kiranya ancaman
tanah longsor bagi warga anggeraja, menjadi pintu masuk untuk menggerakan
kerja-kerja kolaborasi dalam upaya pencegahan tanah longsor sejak dini, dengan
mulai melakukan penanaman tanaman kayu-kayuan yang berfungsi dapat menahan air
permukaan pada batas-batas lahan antar milik warga. Mengurangi penebangan
pepohonan di puncak gunung dan lereng-lereng gunung, serta penebangan kayu
untuk kebutuhan kayu bakar masyarakat. Untuk memulai kerja kolaborasi
pencegahan banjir, PD Aman Endrekang dapat memulainya dengan bekerjasama dengan
pemerintah Kabupaten Endrekang, sehingga bencana tanah longsor dapat dicegah
sedini mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar