Minggu, 01 Juli 2018

Banjir kota kendari dan Penyebabnya

http://ekonomiberbagi.com/
             Pada bulan Juni 2018, kota kendari dan kabupaten sekitarnya secara merata di guyur hujan secara terus menerus, di mulai sejak lebaran idul fitri sampai memasuki bulan Juli, di mana-mana kita temui genangan air bahkan di daerah aliran sungai Wanggu,Laeya, dan roraya debit air sungai mengalami peningkatan bahkan meluap dan menyebabkan beberapa rumah yang berada di tepi sungai tersebut tergenang dan bahkan ada yang berimbas terbawah arus sungai. di Kota kendari misalnya di Das Wanggu bahkan mengungsi di daerah yang lebih tinggi untuk menghindari banjir luapan sungai wanggu. di daerah Konawe utara juga demikian, banjir telah menggenangi beberapa daerah pemukiman penduduk bahkan kebun dan sawah ikut tergenang dan menyebabkan gagal panen. di Konawe Selatan juga demikian, sawah-sawah siap tanam dan siap panen tidak dikerjakan oleh para petani akibat hujan yang terus-menerus mengguyur Sulawesi tenggara secara umum.

Secara umum intensitas curah hujan di sultra masih klas menengah, namun karena banyaknya ruang terbuka di daerah pegunungan maka aliran air permukaan menjadi lebih tinggi volumenya, dan ini menyebabkan banjir di beberapa kota di Sultra, bahkan yang termasuk parah di Kota kendari. Luapan air di das wanggu merupakan banjir kiriman dari wilayah pegunungan wolasi dan boro-boro yang masuk dalam wilayah administrasi kabupaten konawe Selatan, di mana jika kita cermati di pegunungan wolasi dan boro-boro merupakan hutan primer bahkan masuk kategori hutan lindung yang telah mengalami pengrusakan dan perambahan hasil hutan kayu, bahkan secara terang-terangan ada pembukaan areal hutan untuk menjadi kebun-kebun warga masyarakat setempat, bahkan ada warga pendatang yang secara sembunyi-sembunyi membuka areal hutan untuk menjadi kebun kakao, kebun karet seperti di Wolasi dan kebun kakao dan cengkeh di pegunungan boro-boro.
jika kita amati sepanjang jalan dari punggaluku menuju kota kendari dan dari Landono menuju kota kendari kawasan hutan hanya tertutup pada bahagian depannya saja, namun jika kita masuk 50 s,d 100 meter dari jalan poros akan kita temukan kebun-kebun warga yang dahulu merupakan hutan alam lokasi penebangan kayu rimba yang di olah menjadi balok untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan warga masyarakat kota kendari.
jadi tidaklah mengherankan semakin hari semakin luas bukaan kawasan hutan yang dilakukan oleh oknum-oknum, baik masyarakat, maupun oknum pemerintah bahkan oknum yang seharusnya menjadi penegak hukum justru ikut serta dalam upaya melakukan pengrusakan kawasan hutan.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh instansi teknis seperti Dinas kehutanan melalui KPHP Gularaya, dalam hal penegakan dan pencegahan kerusakan hutan belumlah nampak, baru sebatas himbauan-himbauan bahkan papan -papan ancaman terpampang lebar di beberapa titik jalur jalan dari konawe selatan menuju kota kendari, namun sayangnya pengrusakan hutan terus terjadi bahkan di belakang papan himbauan dan ancaman dari KPHP Gularaya beberapa pohon-pohon yang dianggap laku dipasaran kota kendari telah tumbang. Entah siapa yang melakukan, tapi yang pasti instansi teknis terkait tidak lagi memiliki kewibawaan seperti Jaman pemerintahan orde baru yang lalu. Ini pertanda bahwa instansi teknis terkait saat ini hanya sibuk berwacana perbaikan kawasan hutan, namun di lain sisi sibuk mengundang investor yang membutuhkan lahan untuk dikerjasamakan dengan alasan untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Pada akhir Juni 2018, beberapa perwakilan masyarakat telah di undang oleh KPHP Gularaya untuk rapat dengar pendapat terkait rencana investor Korea untuk melakukan budidaya tanaman untuk bahan baku Pelet kayu yang nantinya akan di beli oleh Negara Korea dalam memenuhi kebutuhan bahan pemanas ruangan warga korea, dan mungkin saja korea akan mengekspor ke negara-negara lain yang membutuhkan pelet kayu untuk pemanas ruangan.
Iming-iming pendapatan yang cukup menggiurkan telah menutup mata hati kawan-kawan yang merasa mewakili masyarakat desanya, mereka belumlah sampai memikirkan akan dampak yang mungkin saja dapat ditimbulkan bencana banjir, jika lokasi yang akan dijadikan lokasi budidaya itu terletak di sekitar pegunungan wolasi, kolono dan pegunungan boro-boro.
Akan berbeda misalnya, jika areal penggunaan lainnya ( Lahan-lahan milik warga masyarakat dan lahan-lahan HGU eks perusahaan ) yang dijadikan fokus untuk budidaya tanaman kayu bahan baku pelet dan pasti di jamin tidak akan merusak kawasan hutan.
Sayangnya KPHP Gularaya telah memberi jalan bagi investor asing ( Korea ) untuk membiayai pembudidayaan tananam kayu sebagai bahan baku pelet di kawasan hutan, baik kawasan yang telah dibebani Hak pengelolaan maupun di kawasan hutan yang di kelola secara langsung oleh KPHP Gula raya. 
Pada masa-masa yang akan datang ancaman banjir dan bencana longsor semakin terbuka dan mengancam ketentraman masyarakat sekitar hutan dan masyarakat perkotaan hanya karena iming-iming puluhan Miliar dari investor yang belumlah tentu mensejahterakan. bahkan mungkin akan menelan korban jiwa.....

Sekedar share....semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar