Jumat, 20 Juli 2018

Kepiting bakau di Teminabuan-Sorong Selatan Papua Barat

Kepiting bakau di pasar teminabuan sorong selatan
              http://ekonomiberbagi.com/Di beberapa daerah di wilayah Indonesia keberadaan kepiting bakau semakin sulit di temukan di pasar-pasar tradisional, biasanya kepiting bakau langsung di antar pada pedagang antar pulau di ibukota provinsi. Akan tetapi di kabupaten Sorong Selatan tepatnya di kota Teminabuan, kepiting bakau masih kita temukan di pasar-pasar tradisional dengan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat umum. ketersediaan kepiting bakau ini menandakan bahwa kondisi hutan mangrove yang ada di Sorong selatan masih bagus dan belum terganggu oleh upaya pembuatan tambak-tambak udang seperti di Sulawesi pada umumnya dan pulau Jawa.
Kepiting bakau yang di jual di sorong-selatan merupakan hasil tangkapan para nelayan yang bermukim di sekitar pesisir hutan mangrove, mereka dengan mudah memperoleh kepiting bakau di hutan-hutan mangrove yang ada disekitar rumah mereka, mereka tidak harus berhari-hari mencari untuk memperoleh beberapa ekor kepiting yang selanjutnya di jual di pasar-pasar tradisional yang ada di sorong selatan.
Hutan bakau yang ada di sorog selatan dapat bertahan dari kerusakan karena peran masyarakat adat yang ada disorong selatan masih berfungsi dengan baik, dan mereka selalu melakukan kontrol terhadap kawasan hutan mangrove yang ada diwilayah adat mereka.
Menurut pengurus Dewan adat Sorong Selatan Arkilaus Kladit, mengatakan bahwa dewan adat sorong-selatan sangat aktif dan memperhatikan kondisi lingkungan baik di hutan alam maupun di hutan mangrove, mereka tidak segan-segan melakukan pengusiran kepada warga yang berupaya merusak hutan adat mereka.
Peran pengurus masyarakat adat di sorong selatan patut menjadi contoh bagi dewan adat lainnya yang ada di tanah papua untuk terus menjaga dan mengelola wilayah adat mereka dari upaya pengrusakan dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Potensi kepiting bakau yang ada di sorong selatan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat adat, jika di kelola dengan baik dan berkelanjutan. Pengelolaan berkelanjutan dapat dilakukan dengan kerja-kerja multipihak antara masyarakat, pemerintah dan NGO sehingga potensi hasil hutan bukan kayu pada kawasan hutan mangrove terkelola dengan lestari.
kondisi mangrove di teminabuan sorong selatan
dari penelusuran saat kami berada di sana, terdapat beberapa potensi ancaman bagi kerusakan hutan mangrove, di mana ada pemukiman penduduk di pinggir sungai yang menggunakan bahan bakar kayu untuk memasak dan bahan bangunan rumah tinggal mereka. Olehnya itu ada baiknya pihak pemerintah setempat dan pengurus masyarakat adat sorong selatan secara bersama-sama mencari solusi terbaik untuk meminimalisir kerusakan hutan mangrove. Demikian pula bagi NGO pemerhati lingkungan dan masyarakat kiranya dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait di sorong selatan untuk upaya pencegahan dan pemberdayaan masyarakat pesisir.

Sekedar share semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar