Rabu, 04 Juli 2018

Ekonomi Berbagi dalam konteks masyarakat Adat

http://ekonomiberbagi.com/          Dalam perjalanan saya menuju kabupaten tambrauw, provinsi papua barat saya terkesima melihat pemandangan alam pegunungan yang hijau dipenuhi pohon-pohon nan tinggi menjulang ke angkasa di kiri kanan jalan dari sorong- ke tambrauw. sesekali kami menjumpai pemandangan pemukiman penduduk yang tertata seperti pemukiman ala pemukiman Perumnas dan BTN, namun tidaklah sepadat dan seramai perumnas.
Dan kami juga menjumpai kawasan hutan yang telah terbuka luas, yang diiringi suara mesin gergaji yang mengaum ditengah kawasan hutan secara serempak seperti sedang menyanyikan lagu penghancuran. Dan di kiri kanan jalan terlihat tumpukan-tumpukan kayu Merbau hasil olahan yang indah menawan siap diangkut menuju industri pengolahan kayu di kota sorong sesuai pengakuan sang Sopir yang mengantar kami ke Tambrauw.
dalam perjalanan kami, juga melewati jalur jalan yang terjal, licin dan berlumpur dengan pemandangan kendaraan sedang berjuang melewati jalur jalan terjal, sedikit saja lengah maka kendaraan bisa terjerambab dilembah terjal nan dalam.
Lepas dari jalan terjal kami juga menjumpai kebun-kebun milik warga masyarakat setempat secara sporadis dengan jarak antara kebun lainnya saling berjauhan kira-kira 500 m dengan luas jika dihitung mungkin hanya 1/4 ha, kebun-kebunnya ditanami sayuran, keladi dan ubi kayu secara serampangan dengan model tumpang sari. akan tetapi beberapa sisi jalan juga terhampar tanaman-tanaman pisang berbagai jenis tanpa ada yang menjaga dan bahkan rumahpun tidak kami temukan disekitar tanaman pisang masyarakat.
saya bertanya kepada sang sopir, tentang tanaman-tanaman pisang yang banyak kami jumpai, ternyata tanaman-tanaman pisang tersebut sengaja ditanam oleh masyarakat sekitar dengan maksud agar proses pengangkutan dari pohon pisang ke kendaraan angkut tidak lagi memakan biaya pikul saat mereka hendak menjual buah pisangnya.
tetapi jika ada masyarakat yang membutuhkan untuk konsumsi baik masyarakat adat maupun masyarakat luar dibolehkan untuk menebang dan memanfaatkan untuk konsumsi saja.dengan catatan rumpun pisang yang di panen dibersihkan gulmanya.

Peraktek Ekonomi berbagi dalam lingkup masyarakat adat dan lokal ;

          Sejak jaman dahulu, manusia hidup dan berkembang menempati suatu wilayah yang memiliki sumber daya penghidupan telah berinteraksi antar sesama komunitas dan antar komunitas yang berdekatan satu sama lainnya. mereka telah mulai berbagi hasil buruan, berbagi hasil ramuan, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk terus bertahan hidup dan berkembang, mereka telah mengenal dan memerapkan kerja-kerja bersama dalam hal berburu, meramu bahkan untuk membangun tempat tinggal mereka bahu-membahu mengerjakannya. Aturan-aturan kehidupan mulai disepakati sebagai aturan minimal yang harus dipatuhi semua orang dalam lingkup komunitasnya, selanjutnya berkembang menjadi aturan bersama antar komunitas yang secara konsisten dijaga dan dilestarikan sampai jaman now. Praktek-praktek berbagi kebutuhan pangan, telah mereka terapkan yang hari ini di kenal dengan istilah berbagi manfaat dalam istilah kekinian Berbagi Ekonomi.
          Dalam konteks ekonomi berbagi, bagi masyarakat adat dan lokal telah tumbuh dan berkembang tanpa teknologi informasi seperti sekarang ini, mereka mengandalkan aturan tidak tertulis sebagai platform bersama dalam kegiatan ekonomi mereka, hak kepemilikan bersama lebih ditonjolkan dibanding kepemilikan personal dalam penguasaan Sumberdaya alam, mereka rela berbagi dengan anggota komunitas lainnya. Praktek-praktek ekonomi berbagi dalam lingkup masyarakat adat dan lokal mulai terganggu dengan hadirnya modernisasi yang menganggap bahwa model-model ekonomi berbagi yang dilakukan oleh masyarakat adat tidak dapat berlaku universal, dan mulailah praktek monopoli dilakukan oleh para penjajah. Monopoli penguasaan sumberdaya alam oleh para pemodal melalui kegiatan invasi dan penjajahan tidak dapat dielakkan oleh masyarakat adat dan lokal yang hidup tentram dan damai. maka bersamaan dengan masuknya modernisasi menurut penjajah, perlawanan dari masyarakat adat pun mulai dilakukan untuk mengusir para penjajah di tanah mereka.
       Sayangnya dengan keterbatasan persenjataan maka perlawanan-perlawanan pun mampu dihancurkan oleh penjajah bahkan sampai pada kearifan-kearifan Ekonomi berbagi dari masyarakat adat ikut pula dimusnahkan, akan tetapi budaya dan tradisi berbagi ekonomi dari masyarakat adat dan lokal telah tertanam dalam lubuk hati setiap orang dari masyarakat adat, maka sampai saat ini masih kita jumpai dan menjadi bahan-bahan pembelajaran bagi para peneliti yang  mencoba mengurai fenomena konsep ekonomi berbagi yang sedang trend sekarang ini.
Ekonomi berbagi sebenarnya bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja di dunia tanpa batas ini, dia telah lama bermukim di hati sanubari leluhur kita, dan diturunkan secara turun temurun kepada generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya mempelajarinya, lalu mencoba menirunya dan menganggap hal baru ini sebagai konsep murninya.padahal masyarakat adat telah mempraktekkannya sejak dulu.
          Dalam praktek ekonomi berbagi di masyarakat adat, disana ada rasa dan karsa dan tanpa perhitungan nominal rupiah dan batasan minimalnya, mereka saling mendukung dan secara proporsional mereka berbagi. tidak terkecuali yang miskin sama sekali, jika berada dalam satu komunitas maka mereka akan ikut menikmatinya, mungkin yang mereka bagikan adalah tenaga mereka, dan itu di anggap sebagai kontribusi mereka dalam penerapan ekonomi berbagi. Lain halnya konsep ekonomi berbagi dalam dunia tanpa batas ini, disana ada nominal yang harus di bagi di awal untuk ikut dalam sebuah komunitas ekonomi,  dan dana awal ini menjadi pintu masuk untuk mengkases berbagi keuntungan dan manfaat. di sana ada sejumlah asset yang harus dikutsertakan sekaligus kepemilikannya masih ditangan pemilik awal, bukan di tangan pemilik ide atau pemilik aplikasi. di dunia tanpa batas, mereka hanya berinteraksi melalui dunia maya, tanpa secara fisik berinteraksi, di sana hanya platform yang menjadi pengikatnya. Sementara di lingkungan masyarakat ada proses panjang yang memang membutuhkan interaksi sosial sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan rasa peduli.
Di dunia maya, soal-soal sosial kemasyarakatan bukanlah hal yang utama, yang penting adalah platform yang ditawarkan pemilik Aplikasi, maka itulah yang harus di ikuti, dan dilaksanakan secara bersama pula. jika suatu saat ada perubahan platform dari pemegang aplikasi maka, pendapat dari peserta atau netizen bukanlah menjadi dasar pertimbangan, di sana ada monopoli pendapat dan pendapatan, sementara di masyarakat, akan selalu ada pembicaraan yang memerlukan waktu dan tempat. Mungkin ini pula yang menyebabkan ekonomi berbagi dalam komunitas adat tergerus oleh masuknya ekonomi berbagi dalam konteks dunia maya. akan tetapi saya percaya, bahwa ekonomi berbagi yang sedang trend saat ini merupakan titik balik dari sebuah siklus konsep ekonomi yang terus-menerus mengalami perubahan dari satu titik kembali ke satu titik, sekalipun dengan penampilan yang berbeda. di sana selalu terjadi perbaikan dari setiap tahapan, tergantung siapa, generasi mana dan jaman apa yang  melakukannya.
Kelemahan-kelemahan ekonomi berbagi dari masyarakat adat dan lokal, salah satunya belum di manage dan diaktualkan dalam platform secara tertulis, namun kelebihannya adalah mereka mampu menciptakan suatu sistem ekonomi yang dianggap terbelakang, namun akhirnya digunakan lagi.
Kelemahan-kelemahan ini, dipandang sebagai peluang bagi generasi milenial saat ini untuk memperoleh keuntungan finansial yang cukup besar, aktifitas semu di bidang ekonomi bermunculan sebagai aktifitas ekonomi, dan berhasil melampaui ekspektasinya, sementara generasi tua memandang remeh temeh dari usaha generasi milenial saat ini yang banyak menghabiskan waktunya di depan komputer. padahal mereka menghasilkan pendapatan dari usaha aplikasi hasil produksinya.
             Kesadaran generasi tua, dan masyarakat adat saat ini memaksa mereka untuk mengikuti trend perubahan sekalipun dengan tertatih-tatih berusaha keras mempelajarinya, ada yang berhasil ada pula yang gagal di awal, dan yang gagal di awal ini banyak menyalahkan kemajuan saat ini, generasi milenial saat ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar