Minggu, 29 Juli 2018

Aroma Kopi Wamena di Kota Sorong dan Impian VCO Hopmare

Suasana rumah kopi, di kota Sorong papua barat
http://ekonomiberbagi.com/

Kota Sorong memiliki beberapa tempat minum kopi yang banyak di kunjungi kawula muda, untuk sekedar berbagi informasi, membicarakan pekerjaan bahkan ada yang datang hanya untuk menikmati Kopi khas papua dan papua barat, seperti di "Rumah Kopi " yang saya kunjungi diakhir bulan Juli 2018.

Baru saja saya dan kawan Yunus, kundrat, viktor, paskalis dan anton berkunjung di rumah kopi di kota sorong, kami langsung di sambut  pelayan rumah kopi yang menawarkan menu hidangan rumah kopi dengan dialek asli papua, saya lalu memperhatikan secara teliti ohh rupanya seorang perempuan asli papua barat yang bekerja di rumah kopi.

Saya memesan kopi asli papua yang di jawab oleh pelayan, bahwa kopi yang ada berasal dari wamena ( kopi wamena ) sebagai salah satu menu yang ada, kawan-kawan lain memesan minuman dengan jenis yang berbeda, kami pun memesan untuk makan malam dengan berbagai menu hidangan malam.
Sambil menunggu pesanan kami, lalu kami diskusi perkembangan kegiatan "Pengembangan usaha komunitas " yang telah di mulai pada bulan juni lalu di kampung Hopmare.

Saya memperhatikan beberapa tamu yang datang silih berganti, ada orang lokal, ada juga orang luar papua, bahkan ada beberapa orang bule yang asyik berdiskusi dengan bahasa mereka sendiri. selanjutnya saya mengamati interior ruangan dan konstruksi bangunan rumah kopi yang tidak mencirikan bangunan asli kota sorong, saya menduga rumah kopi ini bukan milik orang asli papua, ternyata dugaan saya benar, setelah saya konfirmasi pada pelayan yang menyambut kami saat baru tiba di rumah kopi.

Akhirnya pesanan kami di antar oleh pelayan rumah kopi dengan gelas berlapis 2, gelas bagian bawah sebagai penampung sari kopi, dan gelas stanles bagian atas sebagai penyaring ampas kopi, saya lalu mencoba menghirup aroma kopi asal wamena, rupanya aromanya kurang kuat seperti harapan saya saat memesan tadi, saya mengira aromanya akan lebih tajam, akan tetapi masih rata-rata aroma kopi kebanyakan yang disuguhkan di warung-warung kopi tradisional.

Sebagai peminum kopi,  saya berharap dapat merasakan sensasi aroma khas Kopi wamena di rumah kopi yang ada di kota sorong, seperti cerita kawan-kawan yang pernah merasakan kopi wamena di tempat lain, atau ekspreso suguhan kopi " cafe danin di bogor " yang sangat tajam dan punya ciri khas sendiri.

Saya tidak sempat menanyakan kepada kawan-kawan lain mengenai rasa kopi yang di suguhkan karena asyik diskusi tentang rencana kegiatan yang akan di kerjakan beberapa hari ke depan di kampung Hopmare, dari diskusi bersama, ada harapan besar yang ingin diwujudkan di Hopmare, harapan menjadikan kampung Hopmare menjadi Kampung model pusat pengembangan Usaha Komunitas berkelanjutan berdasarkan pada Potensi sumberdaya alam yang di miliki.

Seperti halnya Kopi Wamena yang disuguhkan di mana-mana, maka VCO Hopmare pada saatnya dapat di jumpai di pusat-pusat perbelanjaan di kota sorong, di rumah kopi bahkan di dapur rumah-rumah penduduk kabupaten Tambrauw, dan di kota sorong menjadi suguhan sehari-hari, para ibu-ibu dengan bangga akan bercerita manfaat VCO Hopmare dalam menjaga kecantikan kulit mereka, dan menetralkan tekanan darah mereka.

Akhirnya kembali kepada kita, apakah VCO Hopmare, minyak goreng Hopmare dan Kopra putih Hopmare akan seperti Aroma Kopi Wamena ataukah hanya sebatas pada impian belaka saja, ataukah memang akan menjadi produk yang di minati dan dibanggakan oleh masyarakat tambrauw dan Sorong di papua barat, sekali lagi kembali kepada kita.

Kita tidak mau seperti apa yang disampaikan oleh penjaga SPBU setiap kali kita mengisi bahan bakar minyak, mereka akan mengatakan dengan santun " Maaf bapak/ ibu kita Mulai dari angka Nol ya ", jika kita mau memberdayakan masyarakat untuk keluar dari kemiskinan maka tidak ada alasan bagi kita (para pihak untuk berhenti hanya karena kesimpulan-kesimpulan dari pengamatan sementara kita).

Sekedar share, semoga bermanfaat.............

Rabu, 25 Juli 2018

Keindahan Pantai Nambo, Memukau wisatawan Lokal Sulawesi Tenggara



Pantai Nambo,di kelurahan Nambo, Abeli kota kendari

Kota Kendari yang terkenal dengan teluknya, ikannya yang segar, serta pemandangan Pantai Nambo yang memukau menjadi daya tarik bagi warga kota kendari dan warga kota lainnya untuk berwisata ke pantai Nambo, pantai ini dapat di jumpai 15 km dari kota kendari dengan waktu tempuh selama 15 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Lokasinya berada di kelurahan Nambo, kecamatan Abeli kota Kendari, sebuah kelurahan yang banyak di penuhi oleh pepohonan kelapa, menjadi salah satu sumber penghasilan bagi warganya, terutama buah kepala muda yang di jual kepada wisatawan yang berkunjung di pantai Nambo setiap hari .
Pantai ini sangat cocok untuk tujuan wisata bagi anda sekeluarga, menikmati keindahan pantai pasir putih bersama keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang tidak dapat dibandingkan dengan uang,  anggota keluarga anda bebas bermain pasir, berenang di laut biru untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan.
Di atas kawasan pantai nambo terdapat beberapa Gazebo dan rumah yang dapat di sewa untuk tempat beristrahat bagi keluarga anda serta kolega anda saat berada di sana, dari atas rumah panggung dapat anda lihat pemandangan hamparan pasir putih dan gelombang laut biru yang memanjakan mata, serta gerombol-gerombol kecil dari pengunjung yang ada di pantai nambo.

Anda dan anggota keluarga dapat dengan leluasa berenang di laut dangkal di pesisir pantai nambo  yang jernih kebiru-biruan dan pepohonan menambah suasana nyaman bagi para pengunjungnya, demikian pula sugukan Air kelapa muda yang menyegarkan kerongkongan anda, dapat di peroleh di lapak-lapak penjual minuman segar dengan harga terjangkau.

Keindahan pantai Nambo tidak terlepas dari peran pemerintah kota kendari bersama masyarakat yang bermukim di kelurahan nambo, bahu-membahu menjaga lingkungan kawasan pantai tetap terjaga dari tumpukan sampah dan kerusakan pantai sehingga masih terus dikunjungi oleh warga kota kendari dari berbagai lapisan tidak terkecuali anak-anak.

Ina si bungsu, enggan meninggalkan pantai nambo,http://ekonomiberbagi.com/ august 017
Mereka dengan riang akan berlama-lama berendam di air laut pesisir pantai Nambo dengan menggunakan ban-ban bekas yang disewakan oleh warga yang bermukim di sekitar pantai Nambo. keberadaan pantai ini telah membuka usaha penjualan minuman segar, Air kelapa muda dan penyewaan ban bekas  yang di kelola langsung oleh para warga sekitar Nambo bekerjasama dengan Pemerintah kota kendari sebagai pengelola tempat wisata di kelurahan Nambo.

Sebagai tempat wisata yang di kelola oleh pemerintah kota kendari, berbagai fasilitas terus di bangun dari tahun ke tahun untuk melayani kebutuhan para pengunjung terutama fasilitas air bersih dan WC umum yang bersih dan nyaman di gunakan.

Saat kami di sana beberapa pengunjung harus rela antri menunggu giliran untuk menggunakan fasilitas kamar mandi dan WC itupun harus mengeluarkan biaya dengan tarif Rp5.000 per sekali penggunaan, pengenaan tarif mungkin bagian dari SOP pengelolaan tempat wisata, selain tarif biaya masuk per orang atau per kendaraan.

Selain itu bagi pengguna kendaraan pribadi di kenakan biaya parkir dengan tarif Rp5.000/kendaraan roda empat , yang di jaga oleh masyarakat sekitar  sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar tempat wisata pantai dari pemerintah kota.

Semoga pantai Nambo, tetap terus menjadi tujuan wisata bagi masyarakat Sultra dan wisatawan dari berbagai kota di Indonesia , serta wisatawan mancanegara sehingga pundi-pundi pendapatan bagi pemerintah kota dan masyarakat kelurahan Nambo ikut meningkat pula. akan tetapi untuk menjadi tujuan wisata berkelas sekelas Wakatobi maka pantai Nambo harus terus di benahi kekurangannya, sekaligus terus dipublikasikan melalui media cetak, media online dan media TV oleh pemerintah kota kendari.

Bagi anda yang ingin berwisata di area pantai pasir putih, ada baiknya mengunjungi pantai Nambo yang memukau di pandang mata, sekaligus menurunkan stres yang anda alami.

sekelumit pengalaman saat berkunjung di pantai Nambo, Medio Agustus 2017.


 






Senin, 23 Juli 2018

Menelusuri kampung Hopmare di Distrik Kwoor-Tambrauw papua barat

Sekilas tentang kampung Hopmare
 
Kampung Hopmare berada di tanah papua provinsi papua barat, tepatnya di distrik Kwoor kabupaten tambrauw, kampung ini dapat di jumpai lebih kurang 30 km dari Sausafor sebagai ibukota sementara kabupaten tambrauw. Penduduknya mayoritas berasal dari suku Abun sebagai suku asli kabupaten Tambrauw yang berjumlah lebih kurang 50 KK. Kampung ini terletak antara di pesisir pantai dan pegunungan dengan mayoritas mata pencaharian sebagai petani ladang, dan penghasil Kopra.

Di kampung hopmare terdapat 1 gedung sekolah dasar , 1 gedung gereja, 1 balai pertemuan kampung,  dan fasilitas listrik tenaga surya yang ada di ujung kampung Hopmare, selain itu ada pula fasilitas listrik dengan menggunakan Genset.
  • Potensi yang di miliki, dan potensi pendapatan 
Potensi kelapa

Kebun kelapa di hopmare
Kampung ini memiliki hamparan kebun kelapa milik warga yang luas dengan rata-rata kepemilikan per kepala keluarga antara 200 pohon - 800 pohon sehingga jika di hitung secara keseluruhan maka potensi kelapa yang ada di Hopmare kurang lebih berada pada kisaran 15.000 pohon baik yang telah berbuah maupun yang belum.

Jika setiap pohon kelapa rata-rata memiliki  65 buah maka setiap tahun akan ada buah kelapa sebanyak 975.000 butir atau jika di hitung hanya 50 % saja maka setiap tahun ada buah kelapa di kampung hopmare sekitar 487.500 buah kelapa yang dapat menjadi pendapatan bagi warga kampung hopmare. jika buah kelapa di nilai setara dengan Rp1.000 rupiah per buah, maka pendapatan warga kampung Hopmare setiap tahunnya berada pada kisaran Rp487.500.000,-. 

Potensi pariwisata
Wisata Pantai
 
pantai pasir besi

Letak kampung Hopmare yang strategi dapat menjadi pintu masuk wisata pantai, di mana pada sebelah utara terbentang hamparan pasir sepanjang LK 15 km menuju distrik Kwoor , keindahan pantai pasir ini dipercantik oleh gelombang besar yang menggemuruh setiap beberapa menit menjadi lagu indah pengantar tidur di malam hari bagi warga kampung.

Di Pantai pasir ini pula Penyu belimbing dan burung maleo, menitipkan telur-telurnya di gundukan pasir untuk di tetaskan menjadi generasi penerus bagi penyu dan burung maleo, sayangnya titipan telur-telur mereka sering di ambil paksa oleh manusia-manusia yang mengetahui di mana mereka menyimpan telurnya.
 
Wisata pengamatan burung Cendrawasih

Berdasarkan informasi dari warga kampung bahwa  sekitar 7 km dari kampung hopmare terdapat tempat yang di huni oleh burung-burung cendrawasih yang selalu bermain mengepakkan sayap-sayapnya dan cocok untuk di jadikan wisata pengamatan burung cendrawasih.

Dari beberapa potensi sumber daya alam yang di miliki oleh kampung Hopmare, maka tidaklah berlebihan jika kampung ini di jadikan "Kampung Model Pengelolaan Sumber daya Alam berbasis masyarakat " dalam pemanfaatan potensi menuju Kampung hebat, kampung mandiri di tanah Papua khususnya di Papua Barat.

Kampung hebat, kampung mandiri dapat diwujudkan bilamana para pihak ( Pemerintah, Masyarakat dan NGO ) mampu bekerjasama untuk berkontribusi pada upaya pencapaian misi membangun kampung Hopmare yang hebat dan mandiri. kampung ini dapat menjadi pusat pembelajaran bagi kampung-kampung lain yang ada di sekitarnya.

Sekedar share semoga bermanfaat.....http://ekonomiberbagi.com/

Minggu, 22 Juli 2018

Pengalaman Mendampingi Masyarakat Kelurahan Sakuli dalam pemanfaatan lahan dan akses kelola hutan, pada program PSDBM Lot.2 MCA-Indonesia wilayah Kolaka periode 2016-2018

http://elonomiberbagi.com/ 



Lika-liku pendampingan Masyarakat kelurahan Sakuli  dalam program PSDABM Lot.2 Wil Kolaka, periode 2016-2018.

Awal juli 2017, saya dan kawan-kawan yang terlibat dalam program pendampingan masyarakat sekitar hutan di beri kepercayaan oleh salah satu lembaga nasional untuk menjadi pendamping di kelurahan sakuli, hal yang pertama kami lakukan adalah mencari dan menemukan siapa orang yang patut menjadi tokoh kunci di kelurahan sakuli, akhirnya kami bertemu dengan Pak Haris :  
  • Pertemuan dengan pak Haris
Kami bertemu dengan pak haris di sekretariat Gapoktan, yang sekaligus sebagai rumah tinggal beliau yang terletak di dekat Gereja di lingkungan II kelurahan sakuli kecamatan latambaga, kabupaten Kolaka- Prov Sulawesi Tenggara. Beliau menyambut kami dengan ramah dan semangat 45,lalu kami menyampaikan maksud kedatangan kami sebagai tim pendamping masyarakat dari YAPPI- Sultra yang di beri kepercayaan oleh KPSHK untuk mendampingi masyarakat kelurahan sakuli dalam upaya pengelolaan lahan dan hutan, setelah beliau mendengar maksud kedatangan kami. Beliau mengajukan pertanyaan “ Apa manfaat yang dapat kami peroleh dari pendampingan ini “

Lalu kawan saya, sebagai ketua tim menjelaskan panjang lebar peluang-peluang manfaat yang dapat di peroleh masyarakat kelurahan sakuli di antaranya  pengetahuan tentang pemanfaatan lahan dan Ijin usaha pemanfaatan kawasan hutan negara yang ada di wilayah kelurahan sakuli, lalu beliau bersedia menerima kami sekaligus menyarankan agar kami tinggal lingkungan kelurahan sakuli saja.
  • Tinggal di rumah kontrakan

Sebagai tim pendamping yang tinggal di luar kolaka, saya dan kawan-kawan tim tidaklah mungkin pulang-pergi kolaka-kendari-konsel yang berjarak lebih kurang 250 Km setiap minggu, maka kami putuskan untuk mengontrak sebuah rumah milik pak Ahmad yang bersebelahan dengan rumah tinggal pak haris sebagai kepala lingkungan dan sebagai  ketua gapoktan Poluloa.

Beliau akhinya menjadi penghubung antara kami dan pemilik rumah dan setelah negosiasi nilai kontrak akhirnya kontrak rumah disepakati oleh kedua pihak selama 18 bulan. Kami bertiga tinggal di rumah kontrakan layaknya anak kos-kosan, yang harus memasak , mencuci dan menyapu sendiri. Selain itu rumah kontrakan juga di pakai untuk kantor dalam menyukseskan program pengentasan kemiskinan yang sedang kami emban.
  •  Membangun Pertemanan dan mensosialisasikan program pengentasan kemiskinan.


Sebagai orang yang baru yang belum paham tradisi dan kebiasaan masyarakat Sakuli, kami mulai memperkenalkan diri sekaligus  berdiskusi dengan masyarakat kelurahan dari berbagai suku dan latar belakang kegiatan ada PNS, ada Swasta dan petani cengkeh dan kakao.

Dalam setiap diskusi kami selalu memperkenalkan program kami, sebagai program pengentasan kemiskinan melalui upaya pemanfaatan lahan dan akses kawasan hutan melalui Ijin usaha pengelolaan kawasan hutan. dan selalu mendapat sambutan ada yang menyambut dengan semangat dan antusias, ada pula yang hanya biasa-biasa saja, bahkan ada yang meragukan program kami sebagai program yang mustahil. Beberapa kawan-kawan dengan marah dan berapi-api menjelaskan bahwa program ini bukan program bodong, ini punya dasar hukum terutama tentang Perhutanan Sosial yang dituangkan dalam P. 83.

Dalam diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat sering terjadi adu argumen yang intinya mereka mempertanyakan manfaat riil yang akan mereka peroleh ketika mereka bergabung dalam progam perhutanan sosial, seberapa besar nilai manfaat atau seberapa besar finansial yang akan mereka terima.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bukan tanpa alasan, karena sejak di pertemuan-pertemuan awal , program kerjasama Indonesia –Amerika (MCA-Indonesia ) selalu menyiapkan biaya pengganti transportasi dan konsumsi peserta, padahal rumah mereka hanya berjarak paling jauh 700 meter dari tempat pertemuan.
  • Memotivasi Masyarakat
Memotivasi bukanlah pekerjaan yang gampang dan mudah seperti membalik telapak tangan, setiap komunitas atau masyarakat di suatu wilayah memiliki adat, tradisi dan budaya yang telah cukup lama mengakar dalam kehidupan mereka. Memotivasi masyarakat untuk menerima program yang di bawah oleh sebuah lembaga dari luar komunitas mereka memerlukan waktu dan kesabaran dari para pendampingnya. Apalagi memotivasi mereka untuk tidak melakukan perambahan kawasan hutan dan penjarahan kayu yang ada di dalam kawasan hutan negara, bahkan seringkali para pelaku mencurigai tim pendamping sebagai mata-mata pemerintah untuk menangkap mereka.

Kebiasaan masyarakat sakuli dalam pemanfaatan lahan hanya fokus pada budidaya tanaman perkebunan seperti cengkeh, pala, lada dan kakao pada lahan-lahan milik mereka dengan tofografi bergunung-gunung serta kemiringan sampai 45 %. Mereka telah terbiasa mengolah lahan mereka pada kemiringan 30-45% untuk penanaman tanaman perkebunan, sementara tim kami memperkenalkan penambahan jenis tanaman kayu dan buah untuk di tanami di sela-sela tanaman perkebunan mereka atau pada batas-batas lahan mereka.

Dalam setiap pertemuan tentang teknis budidaya dan pemanfaatan lahan milik proses diskusi menjadi panas karena dari pihak pendamping terkadang memaksakan ide program bahwa pemanfaatan lahan harus di tambah dengan penanaman tanaman kayu-kayuan seperti sengon, jabon, dan gmelina.

Akan tetapi menurut masyarakat bahwa jabon, sengon dan gmelina membutuhkan ruang yang cukup luas, dengan pertumbuhan yang cepat, sehingga jika di tanam pada areal perkebunan cengkeh dan pala maka tanaman akayu-kayuan tersebut akan mengganggu produksi cengkeh dan pala mereka.
  •  Memfasilitasi masyarakat

Kegiatan fasilitasi masyarakat dalam program Pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat (PSDABM) yang berujung pada pemanfaatan lahan dan akses kelola kawasan hutan juga bukanlah pekerjaan mudah, di mana seorang fasilitator merupakan orang yang membuat sesuatu menjadi mudah dan diterima serta dilaksanakan oleh masyarakat dampingan secara perlahan-lahan.

Dalam kegiatan pendampingan masyarakat di kelurahan Sakuli, Yappi-sultra memiliki Fasilitator lapangan ( Fasilitator Desa ) yang bertugas sebagai Fasilitator , berfungsi sebagai jembatan yang memudahkan proses pemahaman masyarakat dalam program Pengelolaan Sumber daya alam berbasis masyarakat.dan yang paling penting bagaimana mengsinkronkan kegiatan masyarakat dengan program PSDABM dapat terkoneksi dengan baik dan masing-masing pihak dapat berkolaborasi untuk mewujudkan visi dan misi bersama , peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan melalui pemanfaatan lahan dan akses kelola kawasan hutan.

Beberapa pengalaman menarik dari proses fasilitasi


Saat kami telah berada dan tinggal di kelurahan sakuli, kami bertemu dengan banyak pihak, lurah sakuli (Agusalim Lasade ), bhabinkamtibmas ( Surdin,SH), Arif Dia, Tasrif, Hasyim Sesa, Andi Sulfian( para ketua kelompok), Haris sebagai ketua kelompok dan ketua Gapoktan yang selalu menemani kami di setiap pertemuan baik pertemuan khusus perempuan maupun pertemuan para kelompok tani hutan yang di dominasi oleh kaum laki-laki.

      Setiap pertemuan selalu saja ada yang mendominasi pembicaraan baik di minta maupun tidak di minta oleh fasilitator, seperti pak haris misalnya, dia akan menambah penjelasan dari pihak program untuk menyampaikan kepada para peserta pertemuan sekalipun telah kami sampaikan. Terkadang para peserta harus berdebat dengan pak Haris terkait kesalahan penyampaian atau kelebihan materi penyampaian terutama yang bersifat menggurui. Demikian pula Korwil PSDABM wilayah kolaka  yang memberi penjelasan berupa janji yang belum tentu ada dalam program kami, dan seringkali pejelasan yang berupa pemaksaan kehendak atas nama program yang nota bene  tidaklah mungkin dapat direalisasikan misalnya Pengadaan Sarana Air untuk pemanfaatan lahan yang panjangnya Lk 5 km.

      Janji-janji tersebut membuat pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh masyarakat sakuli kepada kami, baik saat kami berkunjung di rumah-rumah mereka maupun saat pertemuan resmi dan tidak resmi, pertanyaan-pertanyaan seperti itu di jawab dengan janji akan direalisasikan oleh pihak program dan kalaupun tidak, maka kami secara pribadi akan membantu menghubungkan kepada pihak lain untuk direalisasikan. Begitulah sebahagian cara kawan-kawan meredam pertanyaan bertubi-tubi dari masyarakat, mengumbar janji untuk memperoleh simpatik.
  •   Berlomba memperoleh simpatik
Kegiatan fasilitasi program PSDABM lot.2 wilayah Kolaka di kelurahan sakuli telah menimbulkan perasaan saling curiga di antara pendamping, baik fasdes, maupun koorwil bahkan lead konsorsium KPSHK pun ikut terkena imbas dari proses ini.

Bermula dari upaya penguatan kelembagaan kelompok tani hutan yang ada di kelurahan sakuli, masing-masing pihak antara fasdes dan koorwil saling klaim tugas dan fungsi, dai satu sisi fasdes merasa bahwa tugas penguatan kelembagaan kelompok tani hutan adalah tugas utamanya sebagai fasdes, di sisi lain Koorwil merasa berkuasa atas program PSDABM di wilayah kolaka khususnya di kelurahan Sakuli. Ujung dari itu, fasdes tidak di beri tugas oleh koorwil kolaka untuk melakukan penguatan kelompok-kelompok tani hutan, dan koorwil menjadi pelaku utama dalam proses fasilitasi tersebut.

Dari monopoli kegiatan fasilitasi tersebut, muncullah statemen dari koorwil bahwa kalau bukan dia maka program PSDABM wilayah kolaka tidak akan jalan sebagaimana mestinya, akhirnya tim PSDABM wilayah kolaka lainnya membiarkan saja gerakan-gerakan sang koorwil yang berujung pada keluhan dari seorang koorwil bahwa tim kolaka tidak ada lagi yang mau membantunya, bahkan mengancam akan memecat semuanya.

  • Berujung konflik & Pemecatan
Konflik akhirnya tidak dapat di hindari, konflik pertama di mulai pada bulan desember tahun 2016, dimana koorwil kolaka berkonflik dengan lead konsorsium KPSHK yang akhirnya keluar surat teguran dari lead konsorsium KPSHK. Ancaman pemecatan ini di balas dengan sangat keras oleh koorwil kolaka akan keluar dari keangotaan konsorsium KPSHK. Upaya-upaya konsolidasi dilakukan untuk meredam konflik internal apalagi program baru berjalan 5 bulanan, upaya-upaya konsolidasi akhirnya berujung damai dan ancaman pemecatan di cabut kembali oleh lead konsorsium dengan catatan agar koorwil kolaka dapat memperbaiki kinerjanya.

Konflik kedua terjadi antara akunting dan koorwil kolaka yang menyebabkan ketidakaktifan akunting kami, dan akhirnya di anggap mengundurkan diri, selanjutnya koorwil kolaka menggantinya dengan merekrut tenaga akunting yang berasal dari kota kolaka. Akunting kami yang baru adalah seorang perempuan yang gesit tetapi juga sempat tidak simpatik dengan koorwil yang selalu memerintah semaunya sendiri.

Konflik ketiga terjadi antara korwil dan lead konsorsium kembali terjadi karena ketidakpatuhan koorwil , dan kesalahpahaman pemahaman program terhadap tugas-tugas yang diembannya. Saat itu bulan oktober 2017, di mana koorwil kolaka memprotes tim film yang bertugas membuat film dokumenter, menurut dia tim film tidak berkoordinasi dengan koorwil kolaka dalam pelaksanaan kegiatannya. Konflik ini akhirnya berimbas pada keluarnya SP1, SP2 dan pemecatan koorwil kolaka. Untuk itu koorwil kolaka melakukan manuver simpatik untuk meminta dukungan kepada kelompok tani-kelompok tani yang ada di kelurahan sakuli serta mencari dukungan pada pihak Bappeda kolaka, pihak MCAI yang ada di makassar seperti Rachmat Sabang, bahkan pihak MCAI jakarta untuk membatalkan surat pemecatan.

Upaya-upaya negosiasi terus dilakukan bahkan tim monev spesialist seperti pak Herman Suprihatin, pak Joko Waluyo pun aktif terlibat mencari solusi dari konflik ini. Bulan Oktober kami di undang untuk pertemuan Koordinasi di NTB (Lombok) dengan tujuan untuk mengakhiri konflik yang akan berujung kerugian pada masyarakat Sakuli, sayangnya saudara Koorwil Kolaka tidak bersedia hadir sekali pun ticket telah dikirimkan, saya dan fasdes, media komunitas serta akunting terpaksa berangkat dengan ancaman dari koorwil bahwa akan di pecat stelah kembali dari NTB.Konflik akhirnya dapat diselesaikan dengan mencabut surat pemecatan dari lead konsorsium KPSHK untuk koorwil kolaka, kegiatan konsolidasi ini di fasilitasi oleh pak Joko waluyo sebagai sesepuh KPSHK , sehingga kegiatan PSDABM wilayah kolaka dapat kembali berjalan dengan koorwil kolaka.

Konflik ke empat terjadi pada bulan November-Desember 2018, konflik antara Lead konsorsium dan Koorwil kolaka yang pada akhirnya lead konsorsium mengangkat saya untuk menggantikan koorwil kolaka dalam waktu 3 bulan, dari konflik ini saya dan koorwil menjadi tidak akur, saya di anggap menghianatinya sebagai koorwil padahal sejak konflik pertama, kedua dan ketiga saya selaku Admin dan keuangan selalu membela beliau dan berhasil memberi saran kepada lead konsorsium untuk mengembalikan peran dia sebagai Koorwil Kolaka.
  • Pembelajaran
Proses pendampingan model ini, sebenarnya juga telah banyak di alami oleh para lembaga yang berkonsorsium / mereka yangg bekerjasama dalam sebuah kegiatan  di mana personil dari masing-masing lembaga saling mengenal ketika berada dalam suatu lembaga gabungan dari beberapa lembaga yang sebelumnya hanya bekerja secara sendiri dalam satu manajemen.

Hendaknya sebuah lembaga konsorsium yang akan bekerja dalam sebuah tim, haruslah dapat saling menurunkan egonya masing-masing, meletakan profesionalitas dalam bekerja, bukan pada soal-soal kecil yang di besar-besarkan.

Konsorsium di bangun dengan makud untuk memudahkan semua proses kegiatan dapat berjalan sesuai waktu dan rencana  yang telah di sepakati di awal, pendelegasian kewenangan menjadi penting antara lead dan anggota sehingga tidak berkesan bekerja pada sebuah perusahaan yang membuka kantor perwakilan di daerah.

Komunikasi yang di bangun haruslah dengan cara-cara baik dan patuh pada sop protokol komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kegagalan paham, yang cenderung merugikan para pihak yang berkonsorsium.

Kebijakan yang sentralistik merupakan salah satu penyebab konflik , serta overlap peran di daerah juga dapat membuahkan konflik horisontal dan vertikal dalam sebuah organisasi pengelola kegiatan.

Olehnya itu ketika para pihak hendak berkonsorsium maka sejak awal harus dapat menyepakati dengan seksama rencana bersama, aturan main bersama dan lain sebagainya, jika tidak maka model-model seperti di atasakan terulang lagi.

Iniilah Sekelumit pengalaman dari proses fasilitasi  pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat di kelurahan sakuli, kecamatan latambaga kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara Indonesia.

Sekedar share..... semoga bermanfaat....Kolaka Maret 2018.

Sabtu, 21 Juli 2018

Anak umur 4-5 tahun mengungkap rasa sayang kepada orang tua dengan Gambar

Ungkapan anak umur 4,5 tahun kepada orang tuanya

Inilah cara anak mengungkap perasaan kepada Orang Tuanya :
Anak-anak di jaman now, semakin pandai menyampaikan pesan dengan caranya sendiri, ada yang dengan ucapan namun ada pula dengan gambar seperti di atas. Entah siapa yang mengajari mereka tapi itulah fakta bahwa seorang anak kecil menyampaikan pesannya melalui gambar yang dia gambar sendiri.

Anak ini baru saja memasuki umur 4,5 tahun yang tinggal jauh dari perkotaan, namun telah mencoba menuangkan ide kreatifnya melalui gambar yang di buat sendiri. beberapa gambar yang dihasilkan di simpan dengan rapi lalu saat ada kawannya yang berkunjung dengan senangnya menunjukan beberapa gambar yang di buatnya. dan gambar yang yang berkesan adalah gambar kue ulang tahun yang disampaikan kepada orang tuanya.

Mungkin ide ini di pengaruhi oleh media tv yang telah ikut membentuk pola pikir anak-anak yang sedang memasuki usia TK, atau mungkin juga di pengaruhi oleh proses belajar yang di peroleh di sekolah TKnya. Padahal banyak anak-anak seusianya bahkan yang lebih tua belum tentu dapat mewujudkan ide-ide kreatif seperti anak ini.

Anak ini bernama Ina Apriyani Amal yang sehari-hari belajar di TK Kuncup pertiwi, konawe selatan Sulawesi Tenggara Indonesia yang merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. dalam aktifitas sehari-hari kegiatan mengambar merupakan kegiatan rutinnya, bahkan ketika di ajak ke kota, semua peralatan alat tulis dan buku gambar selalu di bawa serta.

Mungkin saja anak-anak seusianya masih lebih banyak yang pandai menggambar bahkan dengan gambar yang lebih bagus, akan tetapi ide mengungkap ucapan ulang tahun kepada orang tuanya hanya segelintir anak yang mampu menyampaikannya.
Sayangnya anak-anak seusia mereka seringkali tidak diperhatikan oleh orang tua dan para guru-gurunya sehingga bakat menggambar dari anak-anak didik mereka tidak dapat di kembangkan.
Padahal dengan menggambar mulai dari kecil akan membiasakan anak-anak mereka mencari ide kreatif yang mungkin saja dari mereka akan lahir pelukis-pelukis muda berbakat.

Semoga para guru dan orang tua murid tidak memandang anak-anak berbakat menggambar sebagai kesia-siaan.

Sekedar share , semoga bermanfaat.........
http://ekonomiberbagi.com/




Jumat, 20 Juli 2018

Kepiting bakau di Teminabuan-Sorong Selatan Papua Barat

Kepiting bakau di pasar teminabuan sorong selatan
              http://ekonomiberbagi.com/Di beberapa daerah di wilayah Indonesia keberadaan kepiting bakau semakin sulit di temukan di pasar-pasar tradisional, biasanya kepiting bakau langsung di antar pada pedagang antar pulau di ibukota provinsi. Akan tetapi di kabupaten Sorong Selatan tepatnya di kota Teminabuan, kepiting bakau masih kita temukan di pasar-pasar tradisional dengan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat umum. ketersediaan kepiting bakau ini menandakan bahwa kondisi hutan mangrove yang ada di Sorong selatan masih bagus dan belum terganggu oleh upaya pembuatan tambak-tambak udang seperti di Sulawesi pada umumnya dan pulau Jawa.
Kepiting bakau yang di jual di sorong-selatan merupakan hasil tangkapan para nelayan yang bermukim di sekitar pesisir hutan mangrove, mereka dengan mudah memperoleh kepiting bakau di hutan-hutan mangrove yang ada disekitar rumah mereka, mereka tidak harus berhari-hari mencari untuk memperoleh beberapa ekor kepiting yang selanjutnya di jual di pasar-pasar tradisional yang ada di sorong selatan.
Hutan bakau yang ada di sorog selatan dapat bertahan dari kerusakan karena peran masyarakat adat yang ada disorong selatan masih berfungsi dengan baik, dan mereka selalu melakukan kontrol terhadap kawasan hutan mangrove yang ada diwilayah adat mereka.
Menurut pengurus Dewan adat Sorong Selatan Arkilaus Kladit, mengatakan bahwa dewan adat sorong-selatan sangat aktif dan memperhatikan kondisi lingkungan baik di hutan alam maupun di hutan mangrove, mereka tidak segan-segan melakukan pengusiran kepada warga yang berupaya merusak hutan adat mereka.
Peran pengurus masyarakat adat di sorong selatan patut menjadi contoh bagi dewan adat lainnya yang ada di tanah papua untuk terus menjaga dan mengelola wilayah adat mereka dari upaya pengrusakan dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Potensi kepiting bakau yang ada di sorong selatan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat adat, jika di kelola dengan baik dan berkelanjutan. Pengelolaan berkelanjutan dapat dilakukan dengan kerja-kerja multipihak antara masyarakat, pemerintah dan NGO sehingga potensi hasil hutan bukan kayu pada kawasan hutan mangrove terkelola dengan lestari.
kondisi mangrove di teminabuan sorong selatan
dari penelusuran saat kami berada di sana, terdapat beberapa potensi ancaman bagi kerusakan hutan mangrove, di mana ada pemukiman penduduk di pinggir sungai yang menggunakan bahan bakar kayu untuk memasak dan bahan bangunan rumah tinggal mereka. Olehnya itu ada baiknya pihak pemerintah setempat dan pengurus masyarakat adat sorong selatan secara bersama-sama mencari solusi terbaik untuk meminimalisir kerusakan hutan mangrove. Demikian pula bagi NGO pemerhati lingkungan dan masyarakat kiranya dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait di sorong selatan untuk upaya pencegahan dan pemberdayaan masyarakat pesisir.

Sekedar share semoga bermanfaat....

Kamis, 19 Juli 2018

Cara menyemai biji Kurma menjadi Bibit




Dewasa ini banyak kawan-kawan petani bahkan para pensiunan PNS sedang tertarik untuk mengembangkan Kurma sebagai tanaman yang akan dibudidayakan di lahan-lahan mereka. Ketertarikan ini bukan tidak beralasan , ternyata Petani Thailand telah berhasil memanen buah kurma dari kebun mereka dan menjualnya di Indonesia sebagai pasar yang paling potensial di Asia. Namun karena keterbatasan modal untuk membeli bibit dan keterbatasan pengetahuan cara pembuatan bibit maka impian untuk menanam tanaman kurma belum dapat dilaksanakan.
Mencermati kegalauan kawan-kawan, saya mencoba membeli buah kurma dipasaran, selanjutnya setelah biji kurma bersih dari daging ( setelah di makan hehe) saya mulai mempraktekan sedikit pengetahuan saya untuk menyemai biji Kurma tersebut,
Caranya :
1. Bersihkan biji kurma dari daging dengan cara mencuci biji dengan air bersih, lalu rendam kedalam wadah plastik atau botol bekas air mineral selama 5 hari. akan tetapi setiap hari harus diperiksa di kocok lalu airnya di ganti dengan air bersih.
2. Biji yang telah bersih di masukan ke dalam wadah transparan yang dilapisi dengan tissuem selanjutnya di tutup dan di simpan di tempat yang aman dan mudah dijangkau untuk pemeriksaan.
3. Setelah biji kurma mengeluarkan bintik putih pada bagian belakang, selanjutnya dibiarkan sampai membentuk akar sepanjang 2-3 cm.
4. biji yang telah  membentuk akar di pindahkan ke dalam
polybag yang telah disiapkan sebelumnya dengan komposisi media : sekam bakar ; pasir dan tanah  perbandingan 1 : 1 : 1 ; polybag ini telah di isi selama 1 minggu.
5. selanjutnya biji kurma yang telah di benamkan di dalam polybag di sungkup dengan plastik bening agar tidak terganggu dengan serangga pengganggu dan suhu dipertahankan.
Biji kurma yang telah bersih di masukan di wadah
biji yang telah tumbuh 

Biji kurma telah tumbuh dgn tunas di polybag
Setelah biji Kurma tumbuh di polybag maka selanjutnya dilakukan penyiraman setiap 2 hari sekali dengan catatan tunas tidak terkena percikan air. untuk menghindari semut dan rayap sebaiknya di sekitar polybag di bersihkan dan di taburi dengan pembasmi serangga seperti Furadan 3G.

Untuk membuat bibit yang unggul sebaiknya menggunakan biji dari Kurma Tropis seperti yang dikembangkan di Tailand.
Demikian cara mudah menyemai biji sampai tumbuh di polybag, semoga bermanfaat dan menginspirasi kawan-kawan.

Salam sukseshttp://ekonomiberbagi.com/

Kopi Arabika di Hutan Pinus Wilayah Adat Marena Enrekang

Tanaman Kopi Arabika tumbuh subur pada ketinggian 800-1200 mdpl dan menghasilkan biji-biji kopi yang memiliki aroma tersendiri menyaingi kopi Tana toraja. Petani kopi enrekang di desa Pekaleboan kecamatan Anggeraja telah membudidyakan kopi sejak 3 generasi yang lalu, mereka telah paham secara teknis budidaya dan paska panen, di mana beberapa biji kopi yang kami temukan saat di sana telah dipetik merah, lalu digiling untuk mengeluarkan kulit luar, selanjutnya dipermentasi untuk menghasilkan aroma kopi khas pegunungan enrekang. selanjutnya biji-biji kopi di jemur dan masuk lagi dipenggilingan untuk menghasilkan green ben kopi yang siap sangrai.
Biji kopi petik Merah
Biji kopi yang telah siap sangrai di jual dengan harga yang bervariasi , biji kopi kualitas A di jual dengan harga Rp. 90.000 per kg, sedangkan asalan masih di jual dengan harga 50.000 rupiah per kg. pada tingkat petani, sedangkan pada tingkat pengumpul di enrekang di jual dengan harga antara 100.000 rupiah untuk kualitas Asalan  dan 150.000 per kg untuk kualitas A.
Dari penuturan petani kopi di hutan pinus wilayah adat marena, mengaku bahwa setiap tahun mereka bisa memanen kopi sebanyak 1.000 kg grenben per ha, sehingga jika di hitung dengan harga jual pada tingkat petani, mereka memperoleh pendapatan dari kebun Kopi sebesar antara Rp.50.000.000-Rp. 90.000.000 per tahun per ha.

Penjemuran biji kopi
Pendapatan petani kopi yang tinggi telah menginspirasi sebahagian besar masyarakat yang bermukim disekitar pegunungan desa pekaleboan, untuk terus mencari lahan di kaki gunung berbatu dan terjal hanya untuk ditanami kopi jenis arabika.
Bahkan dibawah bongkahan batu-batu besar pun masih ditemukan tanaman kopi yang ditanam oleh masyarakat di sana. Kegigihan petani kopi untuk terus membuka lahan tempat budidaya patut kita banggakan, namun juga patut prihatin, karena lahan-lahan yang mereka buka memiliki kemiringan 45 % bahkan 65 % masih di tanami kopi.
Pada daerah-daerah yang memiliki kemiringan di bawah  45 % mereka tanami bawang merah dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan  hidup sehari-hari, bahkan dari hasil tanaman bawang merah pun telah menambah pendapatan yang tidak sedikit dan hanya dalam waktu 56 hari mereka telah memanen tanaman bawang mereka.
Belajar dari pengalaman petani kopi di pegunungan enrekang, yang gigih ulet dan berani maka tidak ada salahnya petani-petani yang berada pulau sulawesi lainnya yang tinggal pada ketinggian 600 - 1000 mdpl untuk memulai membudidayakan berbagai jenis kopi terutama jenis kopi Arabika.
Semoga kopi yang berasal dari perkebunan rakyat, terutama kopi yang berasal dari wilayah hutan adat akan mampu bersaing di pasar dalam negeri dan internasional, sehingga masyarakat adat tidak lagi menjadi simbol kemiskinan, simbol tertinggal dan marginal untuk selalu diberdayakan. suatu saat nanti masyarakat adat akan menunjukan dirinya sebagai masyarakat adat yang maju dan berdaya saing.

Sekedar share, semoga bermanfaat....nttp://ekonomiberbagi.com/