Minggu, 25 November 2018

MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN SOSIAL INKLUSI DI KOMUNITAS DAMPINGAN

 5 langkah upaya implementasi fasilitasi kesetaraan Gender dan Sosial inklusi (Gesi) 
 
Partnership building
 
Seringkali para pendamping atau fasilitator di dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat menapikan upaya membangun pertemanan dengan masyarakat di wilayah dampingannya, hal ini di anggap biasa-biasa saja karena banyak yang memahami bahwa masyarakat kampung atau pedesaan merupakan orang yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman olehnya itu mereka harus diajar dengan pengetahuan baru yang dimiliki para pendamping dan atau fasilitator terkait program yang mereka bawah di kampung dampingannya.
 
Partnership building, sebaiknya dilakukan sejak awal kunjungan para pendamping atau fasilitator untuk berupaya memahami isu atau masalah yang terdapat di wilayah yang akan di dampingi atau di fasilitasi, paling tidak seorang pendamping akan mengetahui fakta dan realitas di sebuah komunitas terkait klasifikasi kegiatan masyarakat yang melibatkan perempuan, kaum marginal dan kaum rentan.

Terkadang kita kesulitan memilah dan mengklasifikasikan kelompok marginal dan rentan jika hanya mendengar informasi secara sepihak atau berdasarkan data sosial yang dimiliki oleh pemerintah kampung dan atau pemerintah Desa, apalagi jika mayoritas masyarakatnya secara umum berada pada kondisi hampir merata, baik dari segi ekonomi maupun status sosial.

Oleh karenanya sebelum datang ke kampung atau desa sebaiknya, kita telah memiliki informasi awal tentang kampung atau desa yang akan kita datangi, selanjutnya lakukan Observasi potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada di kampung lokasi intervensi program, biasanya kita akan melihat kesenjangan aktifitas antara kaum perempuan, kaum marjinal dan kelompok rentan dengan kaum laki-laki.

Selanjutnya dari hasil observasi awal dilakukan diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat, kelompok perempuan dan kelompok rentan, lakukan umpan balik dari hasil temuan saat Observasi lapangan kepada para pihak yang di ajak diskusi.

Seringkali saat memulai diskusi dan atau tanya jawab kita kesulitan memulai dari mana, maka sebaiknya penting untuk di pahami Pintu masuk " Entry point " untuk memulai diskusi yang cair, dan menarik bagi masyarakat yang diajak diskusi, dan dalam diskusi atau tanya jawab sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak dan bahkan orang tua yang berumur 70 tahun sekali pun.

Jika komunikasi dengan masyarakat dampingan telah cair dan akrab seperti teman, tanpa ada rasa canggung lagi maka mulailah fasilitasi Analisa Isu bersama masyarakat terkait peran antara perempuan dan laki-laki, kaum marginal dan kelompok rentan di kampung dampingan kita.

Analisis Isu berbasi masyarakat  ( Community Base Issue Analysis )
 
Dalam menganalisis isu  atau masalah di masyarakat terdapat banyak alat analisis seperti PRA, RRA namun kita tidaklah perlu menyampaikan alat ini kepada masyarakat, cukuplah sebagai pendamping memotivasi masyarakat untuk mengenal dan mengetahui potensi sumberdaya yang ada di kampung tersebut, terlebih lagi potensi sumberdaya manusianya yang bermukim di kampung atau Desa.
Sebagai pendamping atau Fasilitator sebaiknya mengetahui sejarah kampung yang didampingi, sejak kapan mereka mulai bermukim, siapa saja yang pertama kali tinggal di kampung tersebut, siapa saja pemilik ulayat di kampung itu. Saat kita mulai melakukan analisis atau penguraian, motivasi warga dampingan untuk mengingat kembali  apa saja penyebab kurangnya keterlibatan perempuan dan kaum rentan dalam partisipasi kegiatan pembangunan di kampung tersebut.
 
Terkadang dalam kegiatan fasilitasi di masyarakat, banyak kita jumpai mereka sulit dan enggan mengemukaan pendapat, maka sebaiknya tugas kita adalah bertanya dan bertanya dengan bahasa yang mudah di pahami oleh mereka, pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti Apa, kapan, di mana dan berapa akan memunculkan jawaban fakta terkait kesetaraan gender dan sosial inklusi.
 
Setelah dilakukan analisis isu atau masalah terkait kesetaraan Gender dan Sosial inklusi, maka langkah selanjutnya memfasilitasi masyarakat untuk membuat Rencana Aksi.
 
Rencana Aksi ( Action Plan )
 
Bangunan rencana aksi merupakan solusi dari masalah yang barusan di analisis pada Analisa masalah tersebut di atas, akan tetapi di buat sesederhana mungkin tanpa menghilangkan esensi sebuah rencana aksi masyarakat dalam upaya mengatasi masalah yang ada di kampung mereka, penggunaan kekuatan lokal kampung menjadi sangat penting untuk keluar dari masalah yang mereka hadapi.

Sebaiknya dalam penyusunan rencana Aksi paling tidak memuat Harapan (Tujuan/ Goal), apa yang akan dilakukan (aktifitas ) Siapa melakukan apa (Peran), Cara melakukan (Strategi), Lama pelaksanaan (waktu), Jumlah biaya (Anggaran) dan Sumber dana.

Dari rencana aksi masyarakat tersebut jika peran dan pelaku telah di sepakati dan ditetapkan maka tahapan selanjutnya adalah Implementasi-Monitoring

Implementasi-Monitoring
 
Sebuah rencana tanpa implementasi tidak akan menghasilkan apapun, demikian pula Implementasi tanpa rencana merupakan kesia-siaan. Olehnya itu peran kita sebagai pendamping atau fasilitator adalah mendorong dan memotivasi masyarakat dampingan untuk melakukan Implementasi Rencana Aksi yang telah di susun bersama.
 
Dalam kegiatan Implementasi rencana aksi, maka saat bersamaan harus dilakukan Monitoring pelaksanaan agar tidak keluar dari rencana awal. untuk menghindari kesalahan pelaksanaan rencana aksi maka rencana aksi monitoring pun disusun bersama masyarakat sebagai panduan pelaksanaan monitoring kegiatan rencana aksi masyarakat.
 
Setiap tahapan monitoring jika ada indikasi kesalahan alur pelaksanaan maka tim monitoring akan langsung melakukan saran perbaikan agar tidak keluar dari tujuan awal, atau recovery pada titik di mana alur pelaksaan mulai keluar rel rencana aksi.
 
Evaluasi dan Umpan balik
 
Kegiatan Evaluasi dan umpan balik merupakan  tahapan kelima dari siklus pemberdayaan mikro pada sebuah komunitas, di mana kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan kegiatan dilaksanakan di wilayah dampingan, Umpan balik juga merupakan upaya untuk meminta masukan dari para pihak terutama dari masyarakat dampingan dalam pelaksanaan sebuah program kesetaraan Gender dan Sosial inklusi, ataupun kegiatan lainnya sehingga pada masa yang akan datang di kampung tersebut tidak lagi mengulang kesalahan dalam hal kesetaraan dan hal lainnya.
 
5 tahapan siklus pemberdayaan mikro ini,  merupakan alur proses fasilitasi  yang dapat di gunakan oleh para pendamping atau Fasilitator dalam rangka meminimalisir kesalahan-kesalahan fasilitasi dalam rangka menciptakan CO-CO baru dikampung yang kita dampingi.

Juga berguna bagi fasilitator dalam mengungkap realitas lapangan di manapun dia berada dan kapanpun melakukan pendampingan. ada banyak alat-alat yang sedang dikembangkan oleh para ahli pemberdayaan namun berdasarkan pengalaman selama ini, tahapan ini mudah dilakukan di manapun pada level manapun.

Salam, sekelumit pengalaman dalam proses pendampingan masyarakat/ komunitas....

Sekedar share.....



Mendorong terwujudnya Kampung Model Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Tambrauw-Papua Barat

Potensi Sumberdaya ( Resources)

Potensi kelapa kampung Hopmare
http://ekonomiberbagi.com/

Memasuki distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw, nampak pepohonan Nyiur melambai menghiasi kiri kanan jalan yang kami lalui dengan menumpang kendaraan Triton double cabin yang akan mengantar kami sampai di Kampung Hopmare Distrik Kwoor yang masih termasuk wilayah Kabupaten Tambrauw.

Beberapa tunggak kelapa sisa tebangan masih dapat kita Jumpai di kompleks perumahan dan perkantoran sementara kabupaten Tambrauw di distrik Sausapor, menandakan bahwa areal ini merupakan kebun-kebun Kelapa milik masyarakat yang telah lebih dahulu mendiami Sausapor, di tengah jalan perempatan dekat lapangan bola terdapat Tugu kecil setinggi 3 meter dengan embel-embel perjuangan.

Karena penasaran saya mencoba menanyakan pada beberapa orang masyarakat di sana perihal Tugu tersebut. salah seorang kawan dari Tim Perkumpulan Marwasnath menjelaskan bahwa Tugu tersebut " Menandakan Peringatan Perang antara TNI dan OPM pada tahun 63- 70 an dan juga menandakan Bergabungnya Personil OPM wilayah Tambrauw ke dalam kesatuan TNI.

Dari distrik Sausapor, menuju distrik Kwoor kita menjumpai kampung Werur di pesisir pantai dan di sana kita akan jumpai Bandara Udara yang melayani pesawat-pesawat kecil seperti Susi Air bermuatan 30 penumpang, di sanapun masih dapat kita jumpai pepohonan Kelapa dan tunggak kelapa bekas-bekas tebangan  untuk di peruntukan sebagai daerah pemukiman penduduk.

Selanjutnya, memasuki kampung Werbes ( Werur Besar ) di kiri kanan jalan terdapat hamparan kebun-kebun kelapa, dan kebun pisang yang mendominasi pemandangan di kiri kanan jalan menuju kampung Hopmare. beberapa pohon Kakao dan Aren dapat kita lihat tumbuh secara sporadis sepertinya tanpa perawatan, hanya beberapa pohon Aren yang sedang di rawat namun nampak wadah Jerigen dan bambu besar menggantung di setiap tangkai buah Aren.

Jerigen dan bambu tersebut merupakan wadah penampungan Air Enau oleh pemilik Aren, ada yang manis dan ada pula yang berasa seperti minuman beralkohol seperti Tuak. Air hasil sadapan tersebut ada yang digunakan sendiri namun ada pula yang di jual kepada yang membutuhkan untuk di gunakan sebagai minuman pengganti minuman bermerk CT ( Cap tikus ) kiriman dari Manado.

Setelah melewati Werbes, kita menjumpai kampung Esmambo sebagai kampung pemekaran dari kampung Hopmare, kampung Esmabo ini kira-kira di huni kurang lebih 35 KK dengan model rumah yang sama. hal itu menandakan bahwa rumah-rumah tersebut merupakan bangunan yang di bangun oleh pemerintah melalui dana kampung, dana Sosial dan dana Perumahan dari instansi terkait kabupaten Tambrauw.

Selanjutnya dari kampung Esmambo, kita memasuki kampung Hopmare dengan pemandangan hamparan Kebun-kebun Kelapa yang cukup luas, bahkan jika kita berada pada daerah yang lebih tinggi akan kelihatan kebun-kebun kelapa seperti perkebunan besar yang di kelola oleh perusahaan.sesekali kita melihat pohon kakao serta pisang yang tumbuh tidak beraturan, namun jika dibandingkan dengan kampung lain maka kampung Hopmare memiliki potensi kelapa kurang lebih 15.000 pohon dengan rata-rata pohon memiliki buah sebanyak 65 buah yang dapat di panen dalam 2 kali setahun.

Potensi buah kelapa yang dapat di panen dalam setahun lebih kurang 975.000 buah kelapa, atau setara dengan 175 ton Kopra asap dan putih, dan jika harga jual kopra di Hopmare Rp3.000 per kg maka uang yang beredar di kampung Hopmare berkisar Rp585.000.000 per tahun. atau jika memproduksi VCO 25 % dari total produksi buah kelapa maka produk VCO di kampung Hopmare akan ada lebih kurang 4.875 Liter dan jika harga VCO di Tambrauw dan Sorong di kisaran Rp60.000 per liter maka nilai jual VCO sebesar Rp292.500.000 per tahun.

Organisasi pengelola
Pembentukan Organisasi Usaha
Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi kopra dan produksi VCO adalah pengelola atau organisasinya, di mana setiap organisasi pengelola akan ada manajemen usaha yang akan melakukan produksi secara berkelanjutan dengan standar mutu produksi yang dapat di terima pasar.

Di kampung Hopmare telah mulai dilakukan pengorganisasi usaha melalui pembentukan Koperasi Ye,Iwa Hopmare dengan harapan bahwa akan ada pengelola sumberdaya Kelapa di kampung Hopmare secara berkelanjutan sesuai standar produksi lestari.

Norma atau Aturan 

Secara umum sebuah organisasi dapat mengelola sumberdaya jika memiliki aturan atau norma yang sesuai undang-undang yang berlaku, dan aturan yang di buat dalam internal organisasi dalam bentuk Anggaran Dasar dan anggaran rumah tangga organisasi atau koperasi, aturan internal merupakan aturan dasar yang menjadi kesepakatan organisasi dan atau perusahaan pengelola.

Tanpa aturan atau norma yang jelas dan di patuhi bersama maka pengelola sumberdaya tidak akan dapat menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk menjadi sebuah usaha yang mampu meningkatkan pendapatan mereka atau masyarakat Hopmare.

Dengan demikian sebesar apapun potensi yang dimiliki sebuah kampung atau daerah jika Organisasi pengelola tidak ada dan kalau pun ada jika tidak memiliki aturan atau norma yang mengatur tata cara pengelolaan maka adalah sebuah keniscayaan untuk mewujudkan kemadirian masyarakat. demikian pula jika sekuat apapun organisasi menerapkan Norma atau aturan jika tidak memiliki Sumberdaya maka mustahil mewujudkan organisasi yang kuat di tingkat kampung atau pun disuatu wilayah.

Olehnya itu R-O-N (Resources-Organisasi-Norma ) harus dapat terkelola dengan baik secara bersamaan, berkelanjutan sesuai dengan Norma yang telah ada, di patuhi dan konsisten di implementasikan.

Sekedar share...semoga bermanfaat....

Sabtu, 24 November 2018

Indahnya Pantai Senggigi Lombok NTB di Sore Hari

Pantai Senggigi NTB
Sore Hari di Pantai Senggigi NTB

Bulan Oktober 2017, saya dan beberapa kawan dari Sulawesi Tenggara berkunjung di Lombok-NTB, dalam rangka koordinasi antar lembaga yang menangani program pemberdayaan masyarakat sekitar Hutan di dua Provinsi NTB dan Sultra.

Di sela-sela kegiatan koordinasi, kami sempat mengunjungi pantai Senggigi sebagai salah satu Pantai yang banyak di kunjungi wisatawan dalam negeri maupun wisatawan Asing, saat kami berkunjung tepat pukul 17.30 waktu setempat, di mana sesaat lagi matahari akan tenggelam di ufuk barat.

Pantai Senggigi yang terkenal indah dan menawan bagi para wisatawan memiliki pasir putih yang bersih dengan hempasan gelombang laut menambah suasana romantis bagi para pelancong, apalagi bagi mereka yang datang dengan membawa pasangan masing-masing.

Dari segi akses , pantai Senggigi dapat di tempuh dari Kota Lombok dengan menggunakan kendaraan roda empat dalam waktu kurang lebih 1 jam atau kira-kira berjarak 60 Km dari kota Lombok. Keindahan pantai senggigi telah menarik wisatawan manca negara yang berkunjung ke Bali, untuk meneruskan perjalanan mereka ke pantai ini.

Kedekatan wilayah antara bali dan Lombok, maka para turis pun mulai banyak berkunjung ke Lombok NTB, sekaligus menjadi tujuan wisata kedua setelah Bali. dan saat kami di sana banyak turis Asing yang kami temukan sedang berjemur di pantai Senggigi tanpa busana.....ngeri-ngeri sedap...


Benarkah program perhutanan Sosial telah memberdayakan masyarakat sekitar Hutan ???



Program Perhutanan Sosial
 
Kawasan Hutan Jati di Gunung Kolono
Sejak terbitnya Permenhut Nomor 83 tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial, yang berupaya mengayomi 5 skema PS ( HD,HKm,HTR, HK dan HA ) banyak pihak sangat berharap bahwa Permenhut ini menjadi titik awal bagi keberdayaan Masyarakat sekitar dan di dalam kawasan Hutan Negara, tidak terkecuali bagi masyarakat hukum Adat yang notabene telah banyak menjadi penyelamat Hutan di Indonesia.

Dalam upaya percepatan pembangunan Perhutanan Sosial di Indonesia, maka pemerintah melalui Kemen LHK tidaklah tanggung-tanggung menggelontorkan beberapa kebijakan dalam bentuk Perdirjen seperti perdirjen No 16 tentang Pedoman  penyusunan rencana pengelolaan Hutan Desa, RKU-IUPHKm,RKU-IUPHHK-HTR bagi para pemegang Ijin.

Akan tetapi bagi Masyarakat Hukum Adat masih harus berupaya memperoleh pengakuan wilayah hutan adat kepada pemerintah Kabupaten di mana mereka berada, di mana pemerintah kabupaten terlebih dahulu harus menerbitkan PERDA pengakuan masyarakat Adat yang ada di wilayah kabupaten / Kota. Setelah itu mereka pun harus berjuang meyakinkan pemerintah bahwa wilayah hutan yang di ajukan merupakan wilayah Hukum Adat mereka.

Oleh karenanya, di papua dan Papua barat misalnya masih ada upaya Masyarakat Adat mengajukan ijin kelola dengan skema Hutan Desa dan HTR,padahal dalam benak masyarakat Papua dan Papua barat tidak ada hutan negara di wilayah papua, yang ada adalah tanah marga, atau wilayah hukum adat. sedangkan Hutan Desa dan HTR justru masyarakatlah yang meminjam ke Negara, di mana skema ini hanya menekankan  ijin kelola selama periode tertentu saja, ini merupakan kondisi dilematis bagi masyarakat hukum adat dalam upaya menata wilayah hutan adat mereka.

Nah dalam konteks pengelolaan IUP, para pemegang IUP harus patuh pada rambu-rambu rencana pengelolaan, Rencana Kerja Umum yang telah mereka susun "  Kebanyakan disusunkan " oleh para pendamping, atau yang mengaku pendamping, hingga akhirnya hampir 90 % para pemegang Ijin melanggar apa yang seharusnya menjadi acuan mereka.

Sementara itu klaim keberhasilan para pemegang Ijin telah digembar-gemborkan di hampir semua ruang-ruang diskusi, workshop dan lokakarya oleh para pemerhati, para pegiat PS, bahkan Kementerian LHK sendiri sebagai pemegang Kuasa PS, di balik semua itu pada tingkat Tapak Masyarakat pemegang Ijin masih bertanya-tanya " tentang kelanjutan IUP yang telah mereka peroleh.

Ada yang bingung karena akses ke lokasi areal ijin mereka, hampir tidak dapat dilalui bahkan dengan jalan kaki sekalipun, ada yang bingung karena Lokasi yang di ijinkan telah di kuasai oleh para perambah dan telah tumbuh tanaman di atas areal ijin mereka. Namun ada pula yang dengan senang hati berupaya mengalihkan areal mereka kepada pihak lain dengan cara Ganti rugi alias menjual lahan atau areal kelola mereka kepada pihak lain, baik perorangan maupun Perusahaan.

Namun ada pula yang telah lama hidup dan berkembang di kawasan hutan sekian puluh tahun yang lalu sampai saat terbitnya P.83, dan memaksa mereka mengikuti aturan yang tertuang dalam P.83, bahkan bagi mereka P.83 merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup mereka.

Desakan Percepatan

Selain dasar hukum Perhutanan Sosial, pemerintahpun melihat bahwa untuk percepatan PS, maka di butuhkan " Kelompok Kerja (POKJA PPS )" di tiap-tiap propinsi untuk membantu percepatan akses Ijin bagi para pengusul ( masyarakat sekitar Hutan ). Pokja bahkan di harapkan " Jemput Bola " di kampung-kampung atau di desa-Desa yang masih memiliki kawasan Hutan " bahkan ada kesan pemaksaan bagi kelompok masyarakat untuk membuat kelompok "Dadakan" dari personil oknum Pokja dalam kejar-kejaran target Luasan areal Ijin skema PS.

Seringkali masyarakat di iming-iming bantuan Modal usaha jika mereka " Pura-pura serius " mengajukan Ijin PS dengan catatan harus melalui POKJA, dan bahkan harus melalui oknum tertentu yang datang berkunjung di Desa atau kampung mereka.

Fakta dan Realitas Lapangan

Bagi sebahagian masyarakat pengusul Ijin skema PS, menganggap sebagai kemurahan hati dari pemerintah untuk memberikan ruang hidup bagi mereka, namun sebahagian lagi menganggap sebagai tambahan beban bagi mereka, dimana mereka harus selalu hadir dalam pertemuan-pertemuan yang di gagas oleh para pegiat atau pendamping.

Mereka datang dipertemuan bahkan dengan sangat serius mendengarkan penyampaian-penyampaian dari para pembicara (Tim Sosialisasi ), mereka pun ikut tertawa, ikut tepuk tangan bahkan manggut-manggut pertanda seperti memahami apa yang disampaikan para pembicara di hadapan mereka. Mereka berlomba menandatangani daftar hadir peserta dengan harapan di akhir acara akan ada pengganti transport sekalipun rumah mereka mungkin hanya 10 langkah dari tempat Pertemuan.

Namun setelah acara pertemuan di tutup mereka saling bisik-bisik " Mana Amplopnya " jika ada maka mereka akan berupaya mengingat apa yang disampaikan oleh para pembicara PS, mereka menirukan apa yang disampaikan oleh para pemateri tadi, bahkan dengan sangat semangat berupaya menjabat tangan Tim hanya untuk sekedar memberi kesan serius untuk mengurus Ijin PS.

Para Pemateri pun Merasakan suasana seperti apa yang mereka harapkan sebelum pertemuan " Bahwa Masyarakat " sangat antusias dan peduli terhadap penyelamatan Hutan melalui Program Perhutanan Sosial.

Namun harapan itu tinggal harapan justru setelah pertemuan bubar biasanya akan ada diskusi-diskusi kecil di lingkup masyarakat yang hadir dalam pertemuan " mereka bahkan menertawakan pengakuan mereka di hadapan para Pemateri " Mengaku Serius ".....

Areal IJin PS yang telah Berhasil dalam peningkatan pendapatan

Hampir semua acara Workshop yang membahas PS sejak 2016-2018, hanya mampu menunjukan angka-angka jumlah Ijin dan luasan areal yang telah di terbitkan SK IUPnya, beberapa pihak memunculkan keberhasilan HKm masa lalu yang dilematis karena kayu hasil tanamannya tidak dapat di manfaatkan oleh masyarakat yang berujung pada upaya penjarahan oleh masyarakat pemegang Ijin itu sendiri.

Akan tetapi seringkali ada klaim Keberhasilan PS dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, namun ketika muncul pertanyaan dari peserta " Lokasi yang dimaksud " ternyata hampir tidak dapat di temukan di bumi Nusantara ini, namun sering di jawab dengan jawaban Politis " dengan proyeksi 5 tahun mendatang jika Rezim tidak berubah ".

Pertemuan Berkelanjutan

Program Perhutanan Sosial, memaksa para pihak untuk kembali mengulang pertemuan lagi secara berkelanjutan  di tempat yang sama dengan tema yang beda namun Isi tetaplah Sama dengan bumbu-bumbu manis dari para pemateri ' biasanya muncul Cerita sukses Pengelolaan PS dari tempat lain yang belumlah tentu peserta memahami Lokasi PS yang disampaikan pemateri.

Para peserta pun yang hadir selalu yang itu-itu saja, hadir sejak awal maka pasti hadir pada pertemuan selanjutnya, mereka terlanjur merasakan " isi Amplop " dari setiap pertemuan. Akan tetapi jika pertemuan itu tidak disediakan biaya transport, maka pasti pertemuan berikutnya pastilah muka-muka baru yang biasanya di mobilisasi oleh para pendamping di wilayah itu, dengan sedikit bumbu-bumbu manis harapan masa depan.

Kita tidak dapat pungkiri bahwa memang ada segelintir orang yang serius dan peduli, namun mereka biasanya Kritis dan banyak bertanya kepada para pemateri dan ini biasanya di anggap sebagai penghambat program, orang-orang kritis seperti ini biasanya tidak diharapkan kehadirannya di pertemuan berikutnya.

Para pegiat dan pemateri lebih suka dengan peserta yang adem-adem saja, datang tanpa komentar sampai pertemuan bubar.....

Inilah sekelumit realitas Implementasi PS pada tingkat Tapak...

" Belajar dari Masa Lalu untuk Merencanakan Masa Depan " bagi masyarakat sekitar kawasan Hutan.....




Dampak Isu PS yang salah Kapra, kawasan hutan Jati di babat habis...
http://ekonomiberbagi.com//

Senin, 27 Agustus 2018

Perempuan Hebat di Papua Barat

Srikandi hebat dari tanah Papua Barat
Dia kuat, dia hebat menyaingi kaum laki-laki di komunitas masyarakat adat Hopmare, distrik Kwoor kabupaten Tambrauw Papua barat, itulah gambaran perempuan Papua yang tidak hanya mengurus rumah tangga dan anak-anak, namun mereka  membantu suami mereka bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Pekerjaan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki juga di kerjakan oleh kaum perempuan dalam lingkungan masyarakat Papua.

Bahkan kaum perempuanlah yang lebih banyak bekerja , membuka kebun, menanam, menyiangi bahkan pekerjaan mengupas kelapa untuk pembuatan Kopra bisa dikerjakan oleh kaum perempuan Papua, kesetaraan gender bahkan melewati apa yang semestinya tidak dikerjakan oleh kaum perempuan.
 
  

Peran Perempuan Papua dalam Ekonomi Rumah Tangga

Mereka bekerja membantu suami mereka dalam segala aktifitas baik aktifitas produksi seperti mengumpul buah kelapa, mengupas , membelah lalu menyungkil daging kelapa untuk dijadikan Kopra bukanlah pekerjaan asing bagi kaum perempuan di kampung Hopmare, mereka bekerja secara berkelompok dengan sesama perempuan, sementara kaum lelaki mengerjakan pekerjaan lain diladang mereka.

Dalam kegiatan perdagangan, peran kaum perempuan juga sangat penting, di mana mereka membawa barang dagangan mereka ke pasar-pasar seperti sayur bayam, sawi dan ubi. Demikian pula hasil produksi perkebunan seperti kakao kering di jual di kota sorong dan dilakukan oleh ibu-ibu dari kampung Hopmare, para ibu-ibu dari kampung Hopmare tidaklah asing bagi dunia perdagangan sekali pun masih dalam skala kecil, namun peran mereka sangatlah besar dalam ekonomi keluarga.

Akan tetapi dalam hal pengambilan keputusan di dalam pertemuan-pertemuan  formal maupun non formal masih di dominasi oleh kaum lelaki yang kadangkala hasil keputusan mereka sulit dilaksanakan, sementara kaum perempuan hanya diam mendengarkan kaum lelaki saling berebut untuk menyampaikan pendapatnya.

 Kaum Perempuan di setiap pertemuan formal maupun non formal.

Ibu-ibu yang datang pada setiap pertemuan tidak pernah lepas dari anak-anak mereka, mereka datang, duduk di lantai semen, mendengarkan para pembicara dari program apa saja, mereka ada yang melongo, ada yang manggut-manggut, sesekali tertawa lepas dengan keras, lalu ada pula yang senyum-senyum sambil menyembunyikan kepala mereka di punggung teman sebelahnya.
Para pembicara dengan lantang menyampaikan program-program mereka dihadapan para bapak-bapak dan ibu-ibu yang mungkin saja tidak dipahami oleh peserta pertemuan, kadangkala ada kedengaran bisik-bisik dari ibu-ibu dengan bahasa lokal mereka, sambil sesekali mereka tertawa, lalu diam. Dan pada saat pertemuan di tutup, satu persatu mereka tinggalkan ruangan tanpa suara, hanya suara berisik anak-anak mereka yang terbangun saat dibangunkan oleh ibu mereka.

 Keesokan harinya, para ibu-ibu memanggul anaknya menuju ladang-ladang mereka yang tidak jauh dari lokasi pemukiman kampung Hopmare, mereka ke kebun untuk panen ubi jalar, panen singkong dan sayuran untuk konsumsi pada hari itu dan esoknya. sementara para kaum bapak-bapak masih lalu lalang memanggil-manggil kawan lainnya, entah apa yang akan mereka kerjakan.

Ada yang singgah di tempat kami hanya untuk sekedar menyapa, dan ada pula yang datang hendak mengajak diskusi tentang program dari lembaga lain yang datang di Hopmare, ada pula yang datang membicarakan rencana kerja yang telah kami susun dan sepakati khususnya dalam pengelolaan Kelapa dan VCO, serta minyak goreng.

itulah sekelumit peran kaum perempuan di kampung Hopmare distrik Kwoor, Tambrauw Papua Barat- Indonesia.

Semoga bermanfaat....http://ekonomiberbagi.com/





Minggu, 26 Agustus 2018

Buah Gaharu Untuk Kesehatan Jantung

 
Buah Gaharu untuk Kesehatan Jantung

Dalam kehidupan sehari-hari anda seringkali menyepelekan organ tubuh  yang sangat vital seperti Jantung anda, kadangkala anda dan termasuk saya lalai mencermati tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita yang justru dapat menjaga kesehatan jantung yang kita sayangi.

 Gaharu merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan pencegahan, dan penyembuhan penyakit Jantung, hipertensi, mimisan bahkan untuk menjaga kebugaran tubuh dan vitalitas alat reproduksi kita.


Menurut kepala Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Latifah K Darusman, MS, akar, batang, daun, dan ranting gaharu memiliki kandungan bioaktif yang nyaris sama.
‘Yang berbeda adalah konsentrasinya. Begitu juga aksesori pada gugus kimia seperti letak oksigen dan rantai,’ kata Latifah. 

Namun, ada saja yang identik pada suatu bagian, seperti halnya terdapat di daun atau batang. Sayangnya, hingga kini belum ada riset ilmiah yang mendukung bukti empiris bahwa buah gaharu tokcer mengatasi stroke atau hipertensi. Periset di Gifu Pharmaceutical University, Jepang, Mamoru Kakino pada 2010 membuktikan daun gaharu berfaedah sebagai pencahar.

Ia memberikan dosis 300 mg dan 600 mg per kg bobot tubuh mencit. Hasilnya meningkatkan frekuensi, bobot, dan air dalam komponen kotoran. Meski demikian bagi para pasien hipertensi dan stroke, buah gaharu layak menjadi pilihan demi memperoleh kesembuhan. Asrul dan Nurlia Harije telah membuktikannya setelah rutin mengonsumsi seduhan kulit buah selama 3 bulan. Rasa seduhan buah seukuran 2 kali melinjo itu memang pahit.


 Buah Gaharu sebagai solusi pengobatan alternatif dan murah

Buah gaharu yang dapat dijadikan obat hipertensi dan stroke haruslah buah yang telah masak di pohon berwarna kuning muda. sebelum anda gunakan untuk pengobatan atau pencegahan terlebih dahulu anda harus menjemur selama seminggu sehingga kadar airnya berkurang, selanjutnya buka biji gaharu dan rebus kulit buah gaharu yang telah kering sebanyak satu biji dengan 2-3 gelas air, dan setelah mendidih perkirakan sisa air rebusan tinggal 1,5 gelas, dinginkan lalu minum secara rutin.

inilah sekelumit manfaat buah gaharu untuk kesehatan anda, semoga bermanfaat.http://ekonomiberbagi.com/

Sabtu, 18 Agustus 2018

Membangun Kampung Hopmare Menuju Kampung Model Pengelolaan Usaha Komunitas Berkelanjutan

http://ekonomiberbagi.com/
Selayang Pandang Kampung Hopmare di Bumi Sorong Raya, Papua Barat

Kampung Hopmare nun jauh di tanah sorong raya, berada di distrik Kwoor, kabupaten Tambrauw Papua Barat, salah satu kampung yang di kelilingi pepohonan kelapa dan hamparan pasir besi di pesisir pantai, gemuruh gelombang laut menjadi alunan musik tersendiri bagi masyarakat Hopmare yang berada di pesisir pantai. di pagi hari para ibu dan bapak membentangkan jaring ikan untuk sekedar memenuhi lauk untuk sarapan pagi, dan di siang hari para ibu dan anak-anak kembali memeriksa jaring-jaring mereka siapa tahu ada ikan kesasar tersangkut di jaring mereka.

Kampung ini dapat dijumpai sekitar 1 jam dari distrik Sausafor, sekitar 30 Km dengan kondisi jalan berlubang dan sebahagian berlumpur yang hanya dapat di lalui dengan kendaraan Double cabin dengan tarif Rp300.000 per trip Sausafor-Hopmare atau Rp100.000 per penumpang. Kampung ini di huni oleh suku Abun sebagai salah satu suku mayoritas penduduk Kabupaten Tambrauw. dalam kehidupan sosial, mereka sangat mudah menerima orang luar yang datang berkunjung ke Kampung mereka.

Dalam hubungan komunikasi dengan masyarakat Hopmare, bagi orang luar sangatlah mudah di mana mereka secara umum menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua yang berumur 70 tahunan.
datang di kampung Hopmare dengan maksud, mendukung dan memotivasi mereka bukanlah hal yang mudah akan tetapi bukan pula sesuatu yang sulit, jika anda mau memotivasi mereka melakukan perubahan menuju terwujudnya Kampung Model Pengelolaan Usaha berbasis Masyarakat.

Mengajak dialog, sebagai awal membangun Pertemanan
Dialog dgn masy Hopmare
 
Dialog merupakan cara yang paling mudah dan awal harus dilakukan oleh anda yang bermaksud membantu atau memfasilitasi masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya yang mereka miliki. Dalam dialog sebaiknya pihak luar atau Fasilitator lebih banyak menjadi pendengar, setelah memperkenalkan diri, sesekali mengajukan pertanyaan yang mudah di jawab oleh masyarakat Hopmare terkait dengan potensi sumberdaya yang mereka miliki.

Pertanyaan-pertanyaan Apa, kapan, dimana, dan berapa merupakan pertanyaan yang paling mudah mereka jawab sehubungan dengan potensi sumberdaya yang mereka miliki. Dan mereka akan merasa sangat tahu apa yang ditanyakan oleh anda sebagai orang luar, dengan demikian mereka akan sangat antusias menyampaikan hal-hal yang mereka telah lakukan dalam pemanfaatan suberdaya mereka.

Dalam upaya memfasilitasi suatu komunitas, maka bangunan pertemanan menjadi sangat penting untuk mewujudkan cita-cita bersama. Masyarakat pada awalnya akan menganggap anda sebagai pemberi manfaat, maka mereka akan selalu mengajukan pertanyaan berapa bantuan yang akan anda berikan kepada mereka. Karena dengan harapan itu pula, maka beberapa orang akan muncul mengatakan bahwa kami mampu melakukan dan melaksanakan dengan baik dari bantuan bapak.

Pengakuan-pengakuan dari beberapa gelintir tokoh masyarakat, akan membuat anda langsung percaya dan mengeksekusinya sebagai keputusan akhir. Padahal belumlah tentu mereka akan melakukan sesuai apa yang mereka akui. Selalu akan muncul usul baru yang berhubungan dengan ketiadaan biaya sebagai pengganti tenaga dalam melakukan apa yang telah mereka akui.

Olehnya itu, beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan sebagai fasilitator atau pendamping maka, "tinggallah bersama masyarakat dan lakukan apa yang telah disepakati atau apa yang telah mereka akui" maka satu atau dua orang pasti anda temukan orang-orang yang konsisten sehingga akan membuka hati sebahagian masyarakat lainnya, yang melihat apa yang anda dan beberapa orang lakukan di kampung mereka. Cara ini akan lebih efektif di banding dengan mengumpul masyarakat untuk selalu rapat dan rapat, mengharapkan kesepakatan-kesepakatan semu.

Bangunlah pemahaman-pemahaman bahwa mereka merupakan orang yang memiliki Kekayaaan yang tidak kalah dengan masyarakat perkotaan, mereka memiliki lahan yang dipenuhi tanaman kelapa, tanaman kakao, bangkitkan rasa bangga mereka dengan melakukan perhitungan sederhana yang mudah mereka cerna dan masuk akal mereka.

Observasi potensi Sumberdaya

Sebagai orang luar atau pendamping atau fasilitator masyarakat, pengamatan potensi yang ada di suatu wilayah yang akan di fasilitasi menjadi sangat penting bagi anda dan siapa saja yang akan berkontribusi terhadap kemajuan suatu kampung. Dalam melakukan observasi atau pengamatan, sekaligus mengcross cek apa yang yang mereka sampaikan saat dialog awal dilakukan. dan ini menjadi bahan feed back atau umpan balik kepada beberapa orang tokoh masyarakat yang ikut dalam dialog awal.

Saat umpan balik dilakukan kepada beberapa orang, maka anda akan memperoleh jawaban-jawaban faktual seperti jumlah lahan yang mereka miliki, jenis tanaman yang tumbuh dilahan mereka, letak lahan mereka, dan apa saja yang mereka lakukan dalam proses pemanfaatan, serta kapan mereka mulai menanam beberapa jenis tanaman yang ada di lahan.

Analisis Isu bersama masyarakat

Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, analisis isu atau masalah sebaiknya dilakukan bersama masyarakat agar mereka memahami apa isu atau masalah mereka dalam upaya pemanfaatan potensi sumberdaya yang mereka miliki. Seringkali tanpa sadar dalam pertemuan dengan masyarakat dampingan atau masyarakat yang akan di dampingi muncul pertanyaan-pertanyaan dari kita, anda atau pihak luar menanyakan langsung " Apa Masalahnya sehingga bapak-ibu tidak memanfaatkan potensi yang di miliki" maka jawaban dari mereka pasti " kami tidak memiliki uang atau modal, atau kami tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengolahnya.

Jawaban-jawaban seperti di atas akan selalu kita temui, karena mereka memiliki ekspektasi atau harapan untuk memperoleh bantuan dari pendamping atau pihak luar yang datang berkunjung di kampung mereka. Maka sebagai pendamping, anda dan siapa saja perlu kehati-hatian dalam menerima usulan seperti ini " Jebakan batman".Maka sebagai pendamping sebaiknya mulai melakukan analisis isu atau masalah dengan memulai menganalisis Aktor yang berperan pada potensi mereka.

Ketika peran Aktor telah di urai atau di analisis, dan telah ditemukan Aktor kunci, maka sebagai pendamping selalu menanyakan kembali kepada masyarakat apakah Aktor kunci yang ada di potensi ini adalah " A, B atau C " jika iya, maka apa yang harus dilakukan oleh bapak-ibu untuk mengatasinya. Demikian pula jika Isu atau masalahnya terletak pada jalur tataniaga maka sebagai pendamping atau Fasilitator sebaiknya mengurai atau menganalisisnya bersama masyarakat dan berujung pada cara mengatasinya.

Rencana Aksi atau Action Plan
Kerja klp pembelahan kelapa
Rumah pengering kopra putih
Dari Isu atau masalah yang telah di analisis bersama masyarakat, maka anda atau pendamping sebaiknya memfasilitasi masyarakat untuk berkomitmen dan konsisten melalui Rencana Aksi bersama. Apa yang harus dilakukan, kapan dilakukan, di mana , berapa lama ( Tata waktu ), dan biaya apa saja yang dibutuhkan. berikan kesempatan kepada masyarakat untuk merencanakan sesuai kemampuan mereka.

Dari batas-batas kemampuan mereka itulah, maka pihak luar berkewajiban untuk berkontribusi pada apa yang telah mereka rencanakan bersama khususnya sumberdaya yang mereka belum miliki. Pijak luar berkontribusi terhadap sumberdaya yang tidak mungkin mereka penuhi dalam mewujudkan rencana aksi mereka.

Implementasi-Monitoring

Implementasi rencana Aksi dalam komunitas sebaiknya selalu bersamaan dengan Monitoring bersama untuk menghindari kesalahpahaman dari masyarakat kampung. Peran para pihak di suatu kampung perlu di fasilitasi oleh pendamping atau fasilitator dengan maksud untuk menghindari kecemburuan-kecemburuan sosial di antara masyarakat dampingan.

Monitoring bersama yang dilakukan oleh masyarakat merupakan upaya mengontrol Implementator atau pelaksana pada tingkat masyarakat, sehingga jika ada indikasi keluar dari rencana Aksi, maka tim monitoring akan langsung memberi peringatan kepada Pelaksana untuk kembali kepada alur rencana aksi dan pada tahap ini akan ada recovery atau perbaikan cara pelaksanaan kegiatan, sehingga implementasi rencana aksi tetap pada alurnya.

Evaluasi dan Feedback/ umpan balik

Setiap tahapan kegiatan dari pemberdayaan masyarakat sebaiknya dilakukan evaluasi, dan umpan balik dengan maksud untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan baik itu program pemberdayaan masyarakat, maupun upaya pengembangan Usaha di lingkungan komunitas Adat, komunitas Kampung pada lingkup kecil maupun yang lebih besar.

Dari 5 siklus mikro pemberdayaan di atas sebaiknya dilakukan secara simultan agar apa yang diharapkan dari masyarakat, pendamping bahkan pihak luar ( sebagai fundraising ) dapat berjalan dengan baik dan sesuai visi bersama masyarakat kampung. Adalah tidak mudah menciptakan sebuah komunitas menjadi mandiri dan berdaya saing, akan tetapi paling tidak kita telah memulainya di Kampung hopmare, distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw menuju "Kampung Model Pengelolaan Usaha Komunitas" yang nantinya bisa jadi tempat pembelajaran antar kampung di kabupaten Tambrauw Papua Barat.

sekedar share semoga bermanfaat...


Minggu, 29 Juli 2018

Aroma Kopi Wamena di Kota Sorong dan Impian VCO Hopmare

Suasana rumah kopi, di kota Sorong papua barat
http://ekonomiberbagi.com/

Kota Sorong memiliki beberapa tempat minum kopi yang banyak di kunjungi kawula muda, untuk sekedar berbagi informasi, membicarakan pekerjaan bahkan ada yang datang hanya untuk menikmati Kopi khas papua dan papua barat, seperti di "Rumah Kopi " yang saya kunjungi diakhir bulan Juli 2018.

Baru saja saya dan kawan Yunus, kundrat, viktor, paskalis dan anton berkunjung di rumah kopi di kota sorong, kami langsung di sambut  pelayan rumah kopi yang menawarkan menu hidangan rumah kopi dengan dialek asli papua, saya lalu memperhatikan secara teliti ohh rupanya seorang perempuan asli papua barat yang bekerja di rumah kopi.

Saya memesan kopi asli papua yang di jawab oleh pelayan, bahwa kopi yang ada berasal dari wamena ( kopi wamena ) sebagai salah satu menu yang ada, kawan-kawan lain memesan minuman dengan jenis yang berbeda, kami pun memesan untuk makan malam dengan berbagai menu hidangan malam.
Sambil menunggu pesanan kami, lalu kami diskusi perkembangan kegiatan "Pengembangan usaha komunitas " yang telah di mulai pada bulan juni lalu di kampung Hopmare.

Saya memperhatikan beberapa tamu yang datang silih berganti, ada orang lokal, ada juga orang luar papua, bahkan ada beberapa orang bule yang asyik berdiskusi dengan bahasa mereka sendiri. selanjutnya saya mengamati interior ruangan dan konstruksi bangunan rumah kopi yang tidak mencirikan bangunan asli kota sorong, saya menduga rumah kopi ini bukan milik orang asli papua, ternyata dugaan saya benar, setelah saya konfirmasi pada pelayan yang menyambut kami saat baru tiba di rumah kopi.

Akhirnya pesanan kami di antar oleh pelayan rumah kopi dengan gelas berlapis 2, gelas bagian bawah sebagai penampung sari kopi, dan gelas stanles bagian atas sebagai penyaring ampas kopi, saya lalu mencoba menghirup aroma kopi asal wamena, rupanya aromanya kurang kuat seperti harapan saya saat memesan tadi, saya mengira aromanya akan lebih tajam, akan tetapi masih rata-rata aroma kopi kebanyakan yang disuguhkan di warung-warung kopi tradisional.

Sebagai peminum kopi,  saya berharap dapat merasakan sensasi aroma khas Kopi wamena di rumah kopi yang ada di kota sorong, seperti cerita kawan-kawan yang pernah merasakan kopi wamena di tempat lain, atau ekspreso suguhan kopi " cafe danin di bogor " yang sangat tajam dan punya ciri khas sendiri.

Saya tidak sempat menanyakan kepada kawan-kawan lain mengenai rasa kopi yang di suguhkan karena asyik diskusi tentang rencana kegiatan yang akan di kerjakan beberapa hari ke depan di kampung Hopmare, dari diskusi bersama, ada harapan besar yang ingin diwujudkan di Hopmare, harapan menjadikan kampung Hopmare menjadi Kampung model pusat pengembangan Usaha Komunitas berkelanjutan berdasarkan pada Potensi sumberdaya alam yang di miliki.

Seperti halnya Kopi Wamena yang disuguhkan di mana-mana, maka VCO Hopmare pada saatnya dapat di jumpai di pusat-pusat perbelanjaan di kota sorong, di rumah kopi bahkan di dapur rumah-rumah penduduk kabupaten Tambrauw, dan di kota sorong menjadi suguhan sehari-hari, para ibu-ibu dengan bangga akan bercerita manfaat VCO Hopmare dalam menjaga kecantikan kulit mereka, dan menetralkan tekanan darah mereka.

Akhirnya kembali kepada kita, apakah VCO Hopmare, minyak goreng Hopmare dan Kopra putih Hopmare akan seperti Aroma Kopi Wamena ataukah hanya sebatas pada impian belaka saja, ataukah memang akan menjadi produk yang di minati dan dibanggakan oleh masyarakat tambrauw dan Sorong di papua barat, sekali lagi kembali kepada kita.

Kita tidak mau seperti apa yang disampaikan oleh penjaga SPBU setiap kali kita mengisi bahan bakar minyak, mereka akan mengatakan dengan santun " Maaf bapak/ ibu kita Mulai dari angka Nol ya ", jika kita mau memberdayakan masyarakat untuk keluar dari kemiskinan maka tidak ada alasan bagi kita (para pihak untuk berhenti hanya karena kesimpulan-kesimpulan dari pengamatan sementara kita).

Sekedar share, semoga bermanfaat.............

Rabu, 25 Juli 2018

Keindahan Pantai Nambo, Memukau wisatawan Lokal Sulawesi Tenggara



Pantai Nambo,di kelurahan Nambo, Abeli kota kendari

Kota Kendari yang terkenal dengan teluknya, ikannya yang segar, serta pemandangan Pantai Nambo yang memukau menjadi daya tarik bagi warga kota kendari dan warga kota lainnya untuk berwisata ke pantai Nambo, pantai ini dapat di jumpai 15 km dari kota kendari dengan waktu tempuh selama 15 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Lokasinya berada di kelurahan Nambo, kecamatan Abeli kota Kendari, sebuah kelurahan yang banyak di penuhi oleh pepohonan kelapa, menjadi salah satu sumber penghasilan bagi warganya, terutama buah kepala muda yang di jual kepada wisatawan yang berkunjung di pantai Nambo setiap hari .
Pantai ini sangat cocok untuk tujuan wisata bagi anda sekeluarga, menikmati keindahan pantai pasir putih bersama keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang tidak dapat dibandingkan dengan uang,  anggota keluarga anda bebas bermain pasir, berenang di laut biru untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan.
Di atas kawasan pantai nambo terdapat beberapa Gazebo dan rumah yang dapat di sewa untuk tempat beristrahat bagi keluarga anda serta kolega anda saat berada di sana, dari atas rumah panggung dapat anda lihat pemandangan hamparan pasir putih dan gelombang laut biru yang memanjakan mata, serta gerombol-gerombol kecil dari pengunjung yang ada di pantai nambo.

Anda dan anggota keluarga dapat dengan leluasa berenang di laut dangkal di pesisir pantai nambo  yang jernih kebiru-biruan dan pepohonan menambah suasana nyaman bagi para pengunjungnya, demikian pula sugukan Air kelapa muda yang menyegarkan kerongkongan anda, dapat di peroleh di lapak-lapak penjual minuman segar dengan harga terjangkau.

Keindahan pantai Nambo tidak terlepas dari peran pemerintah kota kendari bersama masyarakat yang bermukim di kelurahan nambo, bahu-membahu menjaga lingkungan kawasan pantai tetap terjaga dari tumpukan sampah dan kerusakan pantai sehingga masih terus dikunjungi oleh warga kota kendari dari berbagai lapisan tidak terkecuali anak-anak.

Ina si bungsu, enggan meninggalkan pantai nambo,http://ekonomiberbagi.com/ august 017
Mereka dengan riang akan berlama-lama berendam di air laut pesisir pantai Nambo dengan menggunakan ban-ban bekas yang disewakan oleh warga yang bermukim di sekitar pantai Nambo. keberadaan pantai ini telah membuka usaha penjualan minuman segar, Air kelapa muda dan penyewaan ban bekas  yang di kelola langsung oleh para warga sekitar Nambo bekerjasama dengan Pemerintah kota kendari sebagai pengelola tempat wisata di kelurahan Nambo.

Sebagai tempat wisata yang di kelola oleh pemerintah kota kendari, berbagai fasilitas terus di bangun dari tahun ke tahun untuk melayani kebutuhan para pengunjung terutama fasilitas air bersih dan WC umum yang bersih dan nyaman di gunakan.

Saat kami di sana beberapa pengunjung harus rela antri menunggu giliran untuk menggunakan fasilitas kamar mandi dan WC itupun harus mengeluarkan biaya dengan tarif Rp5.000 per sekali penggunaan, pengenaan tarif mungkin bagian dari SOP pengelolaan tempat wisata, selain tarif biaya masuk per orang atau per kendaraan.

Selain itu bagi pengguna kendaraan pribadi di kenakan biaya parkir dengan tarif Rp5.000/kendaraan roda empat , yang di jaga oleh masyarakat sekitar  sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar tempat wisata pantai dari pemerintah kota.

Semoga pantai Nambo, tetap terus menjadi tujuan wisata bagi masyarakat Sultra dan wisatawan dari berbagai kota di Indonesia , serta wisatawan mancanegara sehingga pundi-pundi pendapatan bagi pemerintah kota dan masyarakat kelurahan Nambo ikut meningkat pula. akan tetapi untuk menjadi tujuan wisata berkelas sekelas Wakatobi maka pantai Nambo harus terus di benahi kekurangannya, sekaligus terus dipublikasikan melalui media cetak, media online dan media TV oleh pemerintah kota kendari.

Bagi anda yang ingin berwisata di area pantai pasir putih, ada baiknya mengunjungi pantai Nambo yang memukau di pandang mata, sekaligus menurunkan stres yang anda alami.

sekelumit pengalaman saat berkunjung di pantai Nambo, Medio Agustus 2017.