Tahun 2015, saya memperoleh informasi dari kawan mantan anggota DPRD Konawe Selatan, bahwa ada komoditi andalan yang mungkin akan mengangkat peningkatan ekonomi petani, khususnya komoditi tanaman cabe yang sedang dikembangkan oleh PT. Indofood Indonesia, ketertarikan untuk budidaya cabe berlanjut sampai menjadi koordinator kecamatan dari 10 kecamatan yang sedang kami rintis pengembangannya. tahun 2016, saya mulai menanam cabe dilahan milik saya seluas 10.000 m2 dengan jumlah populasi tanaman sebanyak Lk 5.000 pohon. namun dari beberapa kali penyemaian bibit, selalu di serang oleh siput pada malam hari dan belalang disiang hari, dan menyebabkan banyak tanaman cabe yang harus di sulam dan di tutup dengan gelas plastik bekas minuman ringan.
pada akhir tahun 2015, kami menandatangani kesepakatan harga dengan PT.Indofood dengan harga minimal Rp.10.000 dan maksimal Rp.55.000 per Kg saat panen. dan pada tahun 2016, kami dan beberapa petani mulai memanen cabe, namun dihargai oleh pengepul PT.Indofood dengan harga Rp.6.000 per kg atau setara 3 liter cabe segar.
Dari harga tersebut beberapa kawan-kawan petani putus asa sampai membabat habis tanaman cabe milik mereka, dengan mengganti tanaman lainnya. Namun beberapa bulan kemudian harga cabe segar ditingkat petani mencapai Rp. 75.000 per Kg, saat itu harga cabe secara Nasional meningkat sampai mencapai Harga Rp.150.000 per Kg terutama di jakarta dan kota-kota besar lainnya.
beberapa kawan-kawan petani yang tidak putus asa dan termasuk saya memperoleh harga yang cukup menguntungkan saat ini, bayangkan hanya dengan memanen 100 Kg per Minggu, kami memperoleh pendapatan dari hasil penjualan cabe segar sebesar Rp. 7.500.000,- dengan pengeluaran biaya panen sebesar Rp. 1.000.000 untuk 10 orang tenaga pemetik cabe. sayangnya harga ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, dan selanjutnya harga cabe pun mulai menurun bahkan sampai harga Rp. 6.000 per Kg. di beberapa daaerah penurunan harga ini menjadi petaka bagi petani, dan cabe mereka dibiarkan membusuk di kebun-kebun milik masyarakat.
Tahun 2017, upaya budidaya cabe putih dari benih cabe putih mulai marak lagi, dan kendala bagi petani adalah Benih cabe putih yang belum tersedia di toko-toko Tani yang ada di Sulawesi Tenggara.
Untuk memenuhi kebutuhan benih cabe tersebut, saya mencoba menyiasatinya dengan memilih buah cabe yang telah masak merah, selanjutnya memprosesnya menjadi benih yang menurut hemat saya kualitasnya sama dengan benih cabe yang disalurkan oleh PT. Indofood, dan faktanya benih hasil olahan kami tumbuh subur dan berproduksi seperti tanaman cabe yang berasal dari Indofood.Benih yang kami produksi di jual dengan harga Rp. 50.000 untuk 10 gram benih, atau kira-kira untuk kebutuhan areal tanam 0,25 Ha ( 2.500 M2 ).
Sayangnya harga cabe putih yang dibudidaya hanya kisaran harga 20 ribu sampai 30 ribu per Kg, apalagi pada musim penghujan buah cabe banyak terkena penyakit busuk buah yang belum ada pestisida pencegahannya. beberapa kali kami menggunakan fungisida merk Danke, namun serangan virus busuk buah masih terus menyerang tanaman cabe.
Tahun 2018, harga cabe putih masih bermain dikisaran 10.000 per Kg di pasaran konawe selatan, bahkan pembeli-pembeli lokal hanya menghargai 7.500 per kg, olehnya itu para petani cabe membiarkan buah cabe mereka membusuk di kebun.
Kendala-kendala :
Kendala di tingkat petani : Biaya pengolahan lahan budidaya cabe masih cukup tinggi, serta pembeli tetap dan dalam volume yang cukup besar belum ada.
Pada tingkat pengepul : belum memiliki teknologi pengeringan, sehingga mereka hanya membeli produk cabe dari petani jika ada pembeli besar di Kota Kendari yang meminta dalam jumlah yang besar pula.
Pada tingkat Pemerintah ; belum ada upaya pembinaan pada petani hortikultura, apalagi produk cabe yang notabene dapat menjadi ikon Konawe Selatan pada masa mendatang, pemerintah belum memiliki rencana pembinaan bagi petani Hortikultura, mereka akan datang berkunjung jika ada pejabat dari pusat yang membutuhkan informasi petani pembudidaya Cabe.
Solusi :
Harus ada pembinaan petani dari pemerintah, serta ada upaya penanganan pasca panen seperti alat pengering yang ditempatkan pada sentra-sentra produksi cabe, sehingga yang diproduksi petani adalah Cabe kering siap pakai dan di kirim ke P. Jawa bahkan di Eksport ke negara-negara yang membutuhkan nya.
Sekedar share ...semoga bermanfaat
Dari harga tersebut beberapa kawan-kawan petani putus asa sampai membabat habis tanaman cabe milik mereka, dengan mengganti tanaman lainnya. Namun beberapa bulan kemudian harga cabe segar ditingkat petani mencapai Rp. 75.000 per Kg, saat itu harga cabe secara Nasional meningkat sampai mencapai Harga Rp.150.000 per Kg terutama di jakarta dan kota-kota besar lainnya.
beberapa kawan-kawan petani yang tidak putus asa dan termasuk saya memperoleh harga yang cukup menguntungkan saat ini, bayangkan hanya dengan memanen 100 Kg per Minggu, kami memperoleh pendapatan dari hasil penjualan cabe segar sebesar Rp. 7.500.000,- dengan pengeluaran biaya panen sebesar Rp. 1.000.000 untuk 10 orang tenaga pemetik cabe. sayangnya harga ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, dan selanjutnya harga cabe pun mulai menurun bahkan sampai harga Rp. 6.000 per Kg. di beberapa daaerah penurunan harga ini menjadi petaka bagi petani, dan cabe mereka dibiarkan membusuk di kebun-kebun milik masyarakat.
Tahun 2017, upaya budidaya cabe putih dari benih cabe putih mulai marak lagi, dan kendala bagi petani adalah Benih cabe putih yang belum tersedia di toko-toko Tani yang ada di Sulawesi Tenggara.
Untuk memenuhi kebutuhan benih cabe tersebut, saya mencoba menyiasatinya dengan memilih buah cabe yang telah masak merah, selanjutnya memprosesnya menjadi benih yang menurut hemat saya kualitasnya sama dengan benih cabe yang disalurkan oleh PT. Indofood, dan faktanya benih hasil olahan kami tumbuh subur dan berproduksi seperti tanaman cabe yang berasal dari Indofood.Benih yang kami produksi di jual dengan harga Rp. 50.000 untuk 10 gram benih, atau kira-kira untuk kebutuhan areal tanam 0,25 Ha ( 2.500 M2 ).
Sayangnya harga cabe putih yang dibudidaya hanya kisaran harga 20 ribu sampai 30 ribu per Kg, apalagi pada musim penghujan buah cabe banyak terkena penyakit busuk buah yang belum ada pestisida pencegahannya. beberapa kali kami menggunakan fungisida merk Danke, namun serangan virus busuk buah masih terus menyerang tanaman cabe.
Tahun 2018, harga cabe putih masih bermain dikisaran 10.000 per Kg di pasaran konawe selatan, bahkan pembeli-pembeli lokal hanya menghargai 7.500 per kg, olehnya itu para petani cabe membiarkan buah cabe mereka membusuk di kebun.
Kendala-kendala :
Kendala di tingkat petani : Biaya pengolahan lahan budidaya cabe masih cukup tinggi, serta pembeli tetap dan dalam volume yang cukup besar belum ada.
Pada tingkat pengepul : belum memiliki teknologi pengeringan, sehingga mereka hanya membeli produk cabe dari petani jika ada pembeli besar di Kota Kendari yang meminta dalam jumlah yang besar pula.
Pada tingkat Pemerintah ; belum ada upaya pembinaan pada petani hortikultura, apalagi produk cabe yang notabene dapat menjadi ikon Konawe Selatan pada masa mendatang, pemerintah belum memiliki rencana pembinaan bagi petani Hortikultura, mereka akan datang berkunjung jika ada pejabat dari pusat yang membutuhkan informasi petani pembudidaya Cabe.
Solusi :
Harus ada pembinaan petani dari pemerintah, serta ada upaya penanganan pasca panen seperti alat pengering yang ditempatkan pada sentra-sentra produksi cabe, sehingga yang diproduksi petani adalah Cabe kering siap pakai dan di kirim ke P. Jawa bahkan di Eksport ke negara-negara yang membutuhkan nya.
Sekedar share ...semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar