Kampung Hopmare, merupakan kampung yang terletak di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Kampung ini dapat di jumpai dengan menggunakan alat transportasi darat, laut dan Udara, untuk transportasi darat dapat ditempuh dari Kabupaten Sorong selama Lk 4 Jam perjalanan darat dengan menggunakan Mobil Hillux doubel cabin, untuk transportasi laut telah tersedia Kapal ekspress dengan waktu tempuh Lk 3 Jam dari sorong-Sausapor, lalu menggunakan transportasi darat ( Mobil) ke kampung Hopmare Lk 1 jam perjalanan.demikian pula dengan transportasi udara telah ada pesawat Susi Air yang melayani rute sorong-Tambrauw, namun untuk pesawat harus menunngu jadwal penerbangan 2 minggu sekali, demikian pula kapal ekspress dengan jadwal 3 kali perminggu rute perjalanan Sorong-Sausafor.
Kampung Hopmare di huni oleh Lk 55 Kepala keluarga, dengan jumlah Jiwa berkisar 115 Jiwa, yang bermukim menetap dikampung Hopmare, rata-rata mata pencaharian penduduk diperoleh dari bertani, baik dari hasil kebun kelapa, sayuran yang mereka tanam saat awal membuka lahan, kegiatan meramu dan berburu tidak lagi seperti dahulu, dimana wilayah lokasi perburuhan mereka telah terganggu oleh aktifitas logging dari perusahaan HPH, dari segi potensi mereka memiliki potensi unggulan kelapa dengan populasi Lk 15.000 pohon baik tanaman muda maupun yang sudah berproduksi berdasarkan hasil identifkasi dan inventarisasi potensi. Fasilitas yang ada antara lain 1 (satu ) Gereja, Sekolah SD
Negeri, Pusat Pelayanan Kesehatan, Balai Kampung, Sarana Listri tenaga
Surya, serta Genset Listrik, kampung ini dipimpin oleh Kepala Kampung, sedangkan untuk keagamaan dibimbing oleh seorang Pendeta.
Letak kampung Hopmare terletak di pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan laut Pasifik, di sebelah utara, dengan potensi pasir besi yang cukup menggiurkan bagi investor dan di selatan diapit oleh pegunungan yang ditumbuhi Kelapa hasil budidaya warga masyarakat kampung Hopmare.
Pola hidup Masyarakat kampung Hopmare, masih tradisional, di mana mereka membuka lahan sesuai kemampuan kerja mereka, setelah ditanami ubi jalar, talas lalu dibiarkan dan setelah diperkirakan sudah dapat di panen lalu mereka datang di kebun untuk memanen, sedangak Kelapa di tanam secara sporadis dan bergerombol tanpa memperhitungkan jarak tanam yang sesuai dengan kaidah budidaya perkebunan, sehingga produksi kelapa mereka bahkan ada yang tidak berbuah saking jarak antara pohon kelapa sangat rapat satu sama lain. berbeda dari mereka yang telah meniru dan berhubungan debgab pihak luar seperti pedagang dari Sulawesi, mereka telah menanam dengan jarak tanam 8 x 8 meter namun lagi-lagi masih ditanam tanpa memperhitungkan jalur dan baris.
untuk tanaman jenis Kakao masih sangat sedikit bahkan ditanam dibawah pohon kepala dan tidak terawat, dari hasil diskusi dengan beberapa petani, mereka memperoleh bibit kakao dari Dinas perkebunan yang hanya datang mendrop bibit lalu mengarahkan mereka untuk menanami lahan-lahan kosong dibawah pepohonan kelapa milik masyarakat, selanjutnya belum dilakukan pembinaan dari instansi terkait.
Potensi Kelapa yang ada dan terus dikembangkan di kampung Hopmare menunjukan bahwa masyarakat kampung telah memahami dan memperoleh manfaat dari buah kelapa mereka, sekalipun upaya paska panen baru dilakukan pengolahan Kopra Asap sesuai kebutuhan mereka, padahal dari hasil observasi kami selama di kampung hopmare, banyak kelapa tergeletak bahkan telah tumbuh di bawah pohon kebun-kebun milik warga yang belum dimanfaatkan.
jika potensi buah kelapa mereka di kelola dengan bik dan maksimal, maka kemungkinan besar wajah kampung Hopmare di masa mendatang akan lebih maju di banding kampung tetangga lainnya. beberapa alasan waga masih banyaknya kelapa yang belum dimanfaatkan untuk menjadi komoditi bernilai ekonomi, karena biaya transportasi dari kampung Hopmare ke Sorong sangat mahal, sehingga tidak menutup biaya transportasi bagi petani, akan tetapi jika ada pembeli Kopra asap, Kopra putih yang datang menjemput produksi mereka maka masyarakat pun akan bersemangat mengolah buah kelapa mereka menjadi Kopra.
di lain sisi, bagi para pembeli juga berharap agar kontinuitas produksi Kopra dari kampung Hopmare harus ditingkatkan dan setiap bulan selalu ada produksi dalam jumlah yang dapat menutupi biaya transportasi pembeli.
inilah tantangan yang dihadapi oleh para pembeli dan sekaligus para petani pemilik Kepala, bahwa tidak hanya cukup dengan mengandalkan tenaga kerja keluarga bagi petani pemilik Kelapa, mereka butuh tenaga kerja luar yang membantu mengolah kelapa mereka menjadi Kopra asap dan Kopra Putih, demikian pula bagi Pembeli harus membuka gudang penampungan dan dana segar bagi petani yang mungkin saja membutuhkan biaya saat mereka melakukan proses pengolahan kelapa menjadi Kopra bahkan VCO.
Solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah adanya pihak luar yang mendampingi mereka dalam upaya pengelolaan potensi kelapa mereka menjadi komoditas bernilai ekonomi. Peran pemerintah kabupaten Tambrauw menjadi penting dalam upaya memotivasi masyarakat dan meyakinkan para pembeli yang ada di Sorong untuk membuka Gudang dan menyiapkan permodalan di kampung Hopmare, dengan demikian maka geliat ekonomi serta Kampung model dapat diwujudkan di Kampung Hopmare.
Upaya mewujudkan kampung Model di Hopmare dapat dilakukan dengan kerja-kerja Kolaborasi dari para pihak yang peduli dan konsen dibidang pemberdayaan masyarakat kampung di kabupaten Tambrauw, dan dengan menggandeng NGO lokal seperti MarwasNath dan NGO Internasional seperti The Samdhana Institute, maka 2-3 tahun mendatang Kampung Model akan dapat terwujud, mandiri dan berkelanjutan.
sekian dan semoga bermanfaat............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar