Sabtu, 30 Juni 2018

Suka Duka Bertani Cabe berlabel Indofood

http://ekonomiberbagi.com/
        Tahun 2015, saya memperoleh informasi dari kawan mantan anggota DPRD Konawe Selatan, bahwa ada komoditi andalan yang mungkin akan mengangkat peningkatan ekonomi petani, khususnya komoditi tanaman cabe yang sedang dikembangkan oleh PT. Indofood Indonesia, ketertarikan untuk budidaya cabe berlanjut sampai menjadi koordinator kecamatan dari 10 kecamatan yang sedang kami rintis pengembangannya. tahun 2016, saya mulai menanam cabe dilahan milik saya seluas 10.000 m2 dengan jumlah populasi tanaman sebanyak Lk 5.000 pohon. namun dari beberapa kali penyemaian bibit, selalu di serang oleh siput pada malam hari dan belalang disiang hari, dan menyebabkan banyak tanaman cabe yang harus di sulam dan di tutup dengan gelas plastik bekas minuman ringan.
pada akhir tahun 2015, kami menandatangani kesepakatan harga dengan PT.Indofood dengan harga minimal Rp.10.000 dan maksimal Rp.55.000 per Kg saat panen. dan pada tahun 2016, kami dan beberapa petani mulai memanen cabe, namun dihargai oleh pengepul PT.Indofood dengan harga Rp.6.000 per kg atau setara 3 liter cabe segar.
Dari harga tersebut beberapa kawan-kawan petani putus asa sampai membabat habis tanaman cabe milik mereka, dengan mengganti tanaman lainnya. Namun beberapa bulan kemudian harga cabe segar ditingkat petani mencapai Rp. 75.000 per Kg, saat itu harga cabe secara Nasional meningkat sampai mencapai Harga Rp.150.000 per Kg terutama di jakarta dan kota-kota besar lainnya.
beberapa kawan-kawan petani yang tidak putus asa dan termasuk saya memperoleh harga yang cukup menguntungkan saat ini, bayangkan hanya dengan memanen 100 Kg per Minggu, kami memperoleh pendapatan dari hasil penjualan cabe segar sebesar Rp. 7.500.000,- dengan pengeluaran biaya panen sebesar Rp. 1.000.000 untuk 10 orang tenaga pemetik cabe. sayangnya harga ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, dan selanjutnya harga cabe pun mulai menurun bahkan sampai harga Rp. 6.000 per Kg. di beberapa daaerah penurunan harga ini menjadi petaka bagi petani, dan cabe mereka dibiarkan membusuk di kebun-kebun milik masyarakat.
Tahun 2017, upaya budidaya cabe putih dari benih cabe putih mulai marak lagi, dan kendala bagi petani adalah Benih cabe putih yang belum tersedia di toko-toko Tani yang ada di Sulawesi Tenggara.
Untuk memenuhi kebutuhan benih cabe tersebut, saya mencoba menyiasatinya dengan memilih buah cabe yang telah masak merah, selanjutnya memprosesnya menjadi benih yang menurut hemat saya kualitasnya sama dengan benih cabe yang disalurkan oleh PT. Indofood, dan faktanya benih hasil olahan kami tumbuh subur dan berproduksi seperti tanaman cabe yang berasal dari Indofood.Benih yang kami produksi di jual dengan harga Rp. 50.000 untuk 10 gram benih, atau kira-kira untuk kebutuhan areal tanam 0,25 Ha ( 2.500 M2 ).
Sayangnya harga cabe putih yang dibudidaya hanya kisaran harga 20 ribu sampai 30 ribu per Kg, apalagi pada musim penghujan buah cabe banyak terkena penyakit busuk buah yang belum ada pestisida pencegahannya. beberapa kali kami menggunakan fungisida merk Danke, namun serangan virus busuk buah masih terus menyerang tanaman cabe.
Tahun 2018, harga cabe putih masih bermain dikisaran 10.000 per Kg di pasaran konawe selatan, bahkan pembeli-pembeli lokal hanya menghargai 7.500 per kg, olehnya itu para petani cabe membiarkan buah cabe mereka membusuk di kebun.
Kendala-kendala :
Kendala di tingkat petani : Biaya pengolahan lahan budidaya cabe masih cukup tinggi, serta pembeli tetap dan dalam volume yang cukup besar belum ada.
Pada tingkat pengepul : belum memiliki teknologi pengeringan, sehingga mereka hanya membeli produk cabe dari petani jika ada pembeli besar di Kota Kendari yang meminta dalam jumlah yang besar pula.
Pada tingkat Pemerintah ; belum ada upaya pembinaan pada petani hortikultura, apalagi produk cabe yang notabene dapat menjadi ikon Konawe Selatan pada masa mendatang, pemerintah belum memiliki rencana pembinaan bagi petani Hortikultura, mereka akan datang berkunjung jika ada pejabat dari pusat yang membutuhkan informasi petani pembudidaya Cabe.

Solusi :
Harus ada pembinaan petani dari pemerintah, serta ada upaya penanganan pasca panen seperti alat pengering yang ditempatkan pada sentra-sentra produksi cabe, sehingga yang diproduksi petani adalah Cabe kering siap pakai dan di kirim ke P. Jawa bahkan di Eksport ke negara-negara yang membutuhkan nya.

Sekedar share ...semoga bermanfaat

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan berorientasi Organik

http://ekonomiberbagi.com/
          Konsep pembangunan Pertanian berkelanjutan merupakan konsep ekonomi berbagi yang sedang digalakkan dewasa ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara aman dari pestisida, kontinyu serta memenuhi kaidah kelestarian.
Namun kita tidak dapat pungkiri bahwa pembangunan pertanian dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini mengalami kemunduran dari segi kualitas dan kuantitas pada tingkat petani, akan tetapi pada tingkat pedagang besar justru memanfaatkan menjadi penguasaan usaha yang menguntungkan, seperti produksi padi sawah, betapa tidak produksi gabah yang baru saja dipanen langsung di beli oleh pembeli besar dengan harga yang sedikit miring langsung dibawah digudang pembeli selanjutnya dikeringkan dengan teknologi pengering berkapasitas besar, untuk selanjutnya di kirim ke jawa dan kembali ke daerah menjadi beras premium dengan harga yang pantastis, bayangkan harga beras dipasar tradisional masih pada kisaran Rp. 7.000/ kg, namun beras premium untuk 10 Kg dibandrol Rp.125.000,-/ 10 Kg.
Dari komoditi lainnya khusus komoditi hasil perkebunan, dewasa ini banyak kalangan Petani mengalami kerugian akibat ketidakpastian harga, dan ketidakpastian pembeli produksi mereka sementara mereka telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk memenuhi permintaan pasar, namun ketika produk mereka sampai ke pasar harga pun jatuh dan bahkan biaya transportasi saja tidak menutup dalam satu kali pengantaran. olehnya itu perlu pemikiran bersama antara pemerintah, masyarakat dan pemerhati petani (NGO) untuk menata model-model pengembangan dan pembangunan pertanian berkelanjutan yang tidak merugikan para petani.
Untuk produksi pertanian Organik dewasa ini masih sulit ditemukan dipasaran, sementara banyak permintaan dari konsumen yang dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menyodorkan produk bahan pokok dengan label Organik, padahal sesungguhnya bukanlah produksi pangan Organik.
Salah satu penyebab kurangnya produk pangan organik dipasaran, karena biaya produksi yang sangat tinggi yang tidak sebanding dengan harga hasil produksi pangan organik. konsumen selalu ingin kualitas terbaik, bebas dari pestisida akan tetapi dengan harga yang paling murah, sehingga para pedagang pada tingkat pengecer dengan mudah mengibuli konsumen dengan memasang label Organik pada komoditi pangan yang mereka Jual. sementara mereka membeli dari petani dengan standar harga non Organik dan sangat murah.
Untuk menghasilkan produk-produk pangan dari petani yang Organik, berkualitas maka para pihak harus berkolaborasi (Pemerintah, masyarakat dan NGO pemerhati pertanian Organik) untuk mulai dan berani mendampingi petani dalam upaya menghasilkan produksi pangan Organik secara berkelanjutan dengan harga premium pula, tanpa itu semua maka kita semua akan selalu terjebak pada konsumsi pangan yang mengandung Pestisida yang pada akhirnya menimbulkan komplikasi penyakit pada masa tua.
Perlu berjejaring mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen agar produksi pangan organik bagi kita dapat terpenuhi, kepastian harga menjadi salah satu pemicu kehadiran produk pangan di dapur-dapur kita, jika tidak maka produk-produk pangan label Organik dari negara tetangga kita, seperti thailand, pilipina akan hadir dan menguasai pasar pangan kita. 
kita tidak dapat lagi menutup mata, dewasa ini produk-produk buah seperti Kurma asal Thailand sudah membanjiri dan masuk ke dapur-dapur kita, beras apalagi saya kira tidak lama lagi maka sayuran label Organik seperti bayam, kacang panjang akan masuk ke dapur-dapur kita padahal itu hanya label saja, sejatinya adalah produk yang mengandung pestisida.
semoga kita semua menyadari akan ancaman produk label organik dari negara tetangga kita, kita punya lahan dan tenaga kerja yang cukup potensial untuk menghasilkan produk-produk Organik secara berkelanjutan, sayangnya kita lebih bangga dengan produk-produk luar yang kualitasnya sangat rendah dibanding produk pangan kita. kita harusnya bangga dengan kemampuan kita dalam berproduksi di bidan pertanian dan perkebunan, sayangnya petani kita dewasa ini sudah usur dan generasi muda kita enggan berusaha tani, bahkan takut menyandang status pekerjaan sebagai Petani, mereka akan bangga disebut karyawan swasta, yang pendapatannya hanya untuk hidup seorang diri di banding terjun di dunia pertanian dan perkebunan.
semoga saja generasi Milenial saat ini, mampu membaca peluang pembangunan pertanian organik dimasa yang akan datang dari pada harus menunggu pengangkatan PNS ......

sekedar share ..semoga bermanfaat

Kebangkitan komunitas Masyarakat Adat Hopmare, di Kabupaten Tambrauw Papua Barat

http://ekonomiberbagi.com/Selayang pandang Kampung Hopmare.
        Kampung Hopmare, merupakan kampung yang terletak di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Kampung ini dapat di jumpai dengan menggunakan alat transportasi darat, laut dan Udara, untuk transportasi darat dapat ditempuh dari Kabupaten Sorong selama Lk 4 Jam perjalanan darat dengan menggunakan Mobil Hillux doubel cabin, untuk transportasi laut telah tersedia Kapal ekspress dengan waktu tempuh Lk 3 Jam dari sorong-Sausapor, lalu menggunakan transportasi darat ( Mobil) ke kampung Hopmare Lk 1 jam perjalanan.demikian pula dengan transportasi udara telah ada pesawat Susi Air yang melayani rute sorong-Tambrauw, namun untuk pesawat harus menunngu jadwal penerbangan 2 minggu sekali, demikian pula kapal ekspress dengan jadwal 3 kali perminggu rute perjalanan Sorong-Sausafor.
       Kampung Hopmare di huni oleh Lk 55 Kepala keluarga, dengan jumlah Jiwa berkisar 115 Jiwa, yang bermukim menetap dikampung Hopmare, rata-rata mata pencaharian penduduk diperoleh dari bertani, baik dari hasil kebun kelapa, sayuran yang mereka tanam saat awal membuka lahan, kegiatan meramu dan berburu tidak lagi seperti dahulu, dimana wilayah lokasi perburuhan mereka telah terganggu oleh aktifitas logging dari perusahaan HPH, dari segi potensi mereka memiliki potensi unggulan kelapa dengan populasi Lk 15.000 pohon baik tanaman muda maupun yang sudah berproduksi berdasarkan hasil identifkasi dan inventarisasi potensi. Fasilitas yang ada antara lain 1 (satu ) Gereja, Sekolah SD Negeri, Pusat Pelayanan Kesehatan, Balai Kampung, Sarana Listri tenaga Surya, serta Genset Listrik, kampung ini dipimpin oleh Kepala Kampung, sedangkan untuk keagamaan dibimbing oleh seorang Pendeta.
       Letak kampung Hopmare terletak di pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan laut Pasifik, di sebelah utara, dengan potensi pasir besi yang cukup menggiurkan bagi investor dan di selatan diapit oleh pegunungan yang ditumbuhi Kelapa hasil budidaya warga masyarakat kampung Hopmare.

Pola hidup Masyarakat kampung Hopmare, masih tradisional, di mana mereka membuka lahan sesuai kemampuan kerja mereka, setelah ditanami ubi jalar, talas lalu dibiarkan dan setelah diperkirakan sudah dapat di panen lalu mereka datang di kebun untuk memanen, sedangak Kelapa di tanam secara sporadis dan bergerombol tanpa memperhitungkan jarak tanam yang sesuai dengan kaidah budidaya perkebunan, sehingga produksi kelapa mereka bahkan ada yang tidak berbuah saking jarak antara pohon kelapa sangat rapat satu sama lain. berbeda dari mereka yang telah meniru dan berhubungan debgab pihak luar seperti pedagang dari Sulawesi, mereka telah menanam dengan jarak tanam 8 x 8 meter namun lagi-lagi masih ditanam tanpa memperhitungkan jalur dan baris.
untuk tanaman jenis Kakao masih sangat sedikit bahkan ditanam dibawah pohon kepala dan tidak terawat, dari hasil diskusi dengan beberapa petani, mereka memperoleh bibit kakao dari Dinas perkebunan yang hanya datang mendrop bibit lalu mengarahkan mereka untuk menanami lahan-lahan kosong dibawah pepohonan kelapa milik masyarakat, selanjutnya belum dilakukan pembinaan dari instansi terkait.
Potensi Kelapa yang ada dan terus dikembangkan di kampung Hopmare menunjukan bahwa masyarakat kampung telah memahami dan memperoleh manfaat dari buah kelapa mereka, sekalipun upaya paska panen baru dilakukan pengolahan Kopra Asap sesuai kebutuhan mereka, padahal dari hasil observasi kami selama di kampung hopmare, banyak kelapa tergeletak bahkan telah tumbuh di bawah pohon kebun-kebun milik warga yang belum dimanfaatkan.
jika potensi buah kelapa mereka di kelola dengan bik dan maksimal, maka kemungkinan besar wajah kampung Hopmare di masa mendatang akan lebih maju di banding kampung tetangga lainnya. beberapa alasan waga masih banyaknya kelapa yang belum dimanfaatkan untuk menjadi komoditi bernilai ekonomi, karena biaya transportasi dari kampung Hopmare ke Sorong sangat mahal, sehingga tidak menutup biaya transportasi bagi petani, akan tetapi jika ada pembeli Kopra asap, Kopra putih yang datang menjemput produksi mereka maka masyarakat pun akan bersemangat mengolah buah kelapa mereka menjadi Kopra.
di lain sisi, bagi para pembeli juga berharap agar kontinuitas produksi Kopra dari kampung Hopmare harus ditingkatkan dan setiap bulan selalu ada produksi dalam jumlah yang dapat menutupi biaya transportasi pembeli.
inilah tantangan yang dihadapi oleh para pembeli dan sekaligus para petani pemilik Kepala, bahwa tidak hanya cukup dengan mengandalkan tenaga kerja keluarga bagi petani pemilik Kelapa, mereka butuh tenaga kerja luar yang membantu mengolah kelapa mereka menjadi Kopra asap dan Kopra Putih, demikian pula bagi Pembeli harus membuka gudang penampungan dan dana segar bagi petani yang mungkin saja membutuhkan biaya saat mereka melakukan proses pengolahan kelapa menjadi Kopra bahkan VCO.
Solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah adanya pihak luar yang mendampingi mereka dalam upaya pengelolaan potensi kelapa mereka menjadi komoditas bernilai ekonomi. Peran pemerintah kabupaten Tambrauw menjadi penting dalam upaya memotivasi masyarakat dan meyakinkan para pembeli yang ada di Sorong untuk membuka Gudang dan menyiapkan permodalan di kampung Hopmare, dengan demikian maka geliat ekonomi serta Kampung model dapat diwujudkan di Kampung Hopmare.
Upaya mewujudkan kampung Model di Hopmare dapat dilakukan dengan kerja-kerja Kolaborasi dari para pihak yang peduli dan konsen dibidang pemberdayaan masyarakat kampung di kabupaten Tambrauw, dan dengan menggandeng NGO lokal seperti MarwasNath dan NGO Internasional seperti The Samdhana Institute, maka 2-3 tahun mendatang Kampung Model akan dapat terwujud, mandiri dan berkelanjutan.

sekian dan semoga bermanfaat............

Berbagi itu indah

http://ekonomiberbagi.com/
            Dalam era teknologi saat ini dan masa yang akan datang, dunia yang kita huni ini seakan tanpa batas lagi, inilah istilah yang paling tepat menggambarkan kehidupan manusia di zaman sekarang. Kehidupan manusia penghuni bumi inipun berubah mengikuti pola pergerakan internet, dunia internet menjadi bahagian kehidupan manusia yang pokok. Ekonomi memiliki tidak lagi menjadi tujuan dari para pebisnis atau para pemilik ide bisnis, maka kemunculan model berbagi pendapatan mulai trendy dan memaksa para ekonom, merubah cara pandang berbisnis saat ini di dunia tanpa batas. bayangkan pada jaman dahulu untuk komunikasi bisnis jaringan usaha kecil harus bertemu disuatu tempat yang notabene dikuasai oleh para pemilik modal dan usaha, namun pada jaman internet dewasa ini jaringan usaha dapat dibangun dari platform sang pemilik ide, ketika ide yang ditawarkan kepada para netizen sejalan, atau masuk akal dan saling menguntungkan satu sama lain, maka dengan sendirinya jaringan usaha akan mulai terbangun dengan konsep Berbagi yankni Ekonomi berbagi (Share economy).
begitupun dengan perjalanan perpolitikan pada masa yang akan datang, para calon legislator dan legislator akan dengan mudah memperoleh dukungan suara jika, mereka mulai merubah cara pandang terhadap ekonomi berbagi dan dunia tanpa batas. Mereka mungkin tidak akan lagi bertemu secara fisik dengan konstituen mereka, akan tetapi mereka akan terhubung dengan media online/ internet tanpa diketahui oleh tetangga mereka, panwas, bawaslu sebagai pengawas Pemilu.begitupun dengan share ekonomi yang saya maksud, akan menjadi sulit terdeteksi oleh mereka yang menggunakan cara-cara konvensional seperti jaman dahulu, setiap pertemuan akan dihadiri oleh banyak orang dan dengan terbuka mereka berbagi nasi bungkus dan amplop sebagai tanda terima kasih.
Dunia politik pada masa mendatang akan mengalami perubahan dari segi komunikasi, kampanye politik tidak lagi dengan cara memobilisasi massa disuatu tempat dan menghabiskan banyak duit, akan tetapi mungkin saja hanya dengan menggunakan jaringan telepon seluler, watsapp, email maka materi kampanye akan dapat diakses oleh konstituen.
bagi mereka yang berpikir maju dan mengikuti perkembangan teknologi Internet, maka mereka itulah yang akan tetap eksis, namun bagi mereka yang gaptek dan tidak mengikuti perkembangan Internet, mereka akan tergerus kehilangan pendukung dan pengaruh dari konstituen.
Dalam hal merawat dan menjaga eksistensi suatu Partai Politik, konsep ekonomi memiliki akan tergerus pula dengan konsep ekonomi berbagi, bagi para pengurus partai yang berpikiran selangkah lebih maju dengan menganut Ekonomi Berbagi, maka merkalah yang akan keluar menjadi pemenang dan menegakan eksistensi Partai politik yang mereka Urus. Boleh jadi di beberapa tempat mungkin konsep ekonomi berbagi telah dilakukan oleh person-person pengurus partai yang berpikir lebih maju, dan tidak dipublis akan tetapi jika konsep ekonomi berbagi diterapkan diwilayah pemilihan mereka maka mungkin saja mereka dapat didukung dan terus- menerus menempati kuris legislatif beberapa kali periode.
           Konsep ekonomi berbagi yang saya maksud :
Dalam setiap daerah pemilihan biasanya terdiri dari 9-10 caleg yang diusung setiap partai politik, para caleg akan berebut simpatik dari para pemilih dari berbagai latar belakang, dan masing-masing daerah selalu ada pigur-pigur yang diunggulkan oleh Masyarakat wajib pilih. dan pada akhir pemilihan beberapa caleg lolos menduduki kursi legislatif daerah kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat, saat yang sama para caleg dari partai yang sama secara bersama-sama pula memperoleh suara, namun ada yang memenuhi kuota dan ada yang tidak, dan pasti tidak duduk sebagai legislator.
berdasarkan pada pengamatan kami selama ini, caleg dari partai yang sama juga telah berupaya semaksimal mungkin dan memperoleh Suara dengan tetap mengeluarkan biaya politik yang cukup besar bahkan kadangkala melebihi pengeluaran biaya dari caleg yang duduk di kursi legislatif.
dari fakta-fakta inilah, menggugah saya untuk menyarankan kepada para legislator dan calon legislator untuk segera memikirkan perubahan pola lama, menjadi pola berbagi ketika ada yang lolos menduduki kursi legislatif untuk berbagi kepada para caleg yang sama dari partai yang sama yang belum sempat memenuhi kuota suara perolehan.
bisa jadi secara internal partai harus mengetahui untuk menjamin konsekwensi dan konsistensi dari sebuah kesepakatan Ekonomi berbagi yang disepakati. Namun sejatinya ini merupakan pemikiran dari beberapa keluhan-keluhan para legislator gagal yang merasa ditinggalkan oleh kawan-kawan seperjuangan separtai, bahkan mungkin pernah tidur bersama dan menikmati eforia keberhasilan, namun ketika yang lain melenggang di Kursi Legislatif, maka mereka pun tidak digubris lagi, bahkan para legislator yang lolos merasa bahwa inilah hasil perjuangan SAYA merebut simpatik dari pemilih, tanpa melihat kembali perjuangan awal bersama legislator Gagal.
Konsep Ekonomi berbagi, bisa saja kesepakatan jumlah perolehan suara dari para caleg yang belum memenuhi kouta dalam satu gerbong Partai sejak awal disepakati akan memperoleh insentif bulanan atau biaya pengganti yang akan dibayarkan oleh mereka yang lolos diparlemen, dengan kontribusi ini maka upaya mempertahankan eksistensi partai tetap akan terjadi, demikian pula komunikasi internal dari eks caleg masih terus terhubung dan terawat, sehingga pada periode berikutnya mungkin saja perolehan suara partai dan caleg akan lebih meningkat lagi.
Komunikasi intens akan terawat dengan baik jika dijembatani oleh Ekonomi berbagi yang saya maksud di atas, jika tidak maka komunikasi politik akan mengalami hambatan dan pada periode berikutnya mereka yang tidak lolos akan berpindah ke partai lain yang menawarkan ide-ide Ekonomi berbagi.
suatu contoh konkrit dewasa ini di dunia tanpa batas, konsep ekonomi berbagi tumbuh dan berkembang pelan-pelan menggeser konsep Ekonomi memiliki yang fokus pada Kepemilikan asset semata, seperti pemilik Grap, Go-Jek Online, mereka tidak memiliki kendaraan baik mobil dan motor, namun mereka dapat memberi keuntungan bagi pemilik kendaraan yang menggunakan aplikasi Grab, Go-Jek tersebut, dan model-model seperti ini akan terus berkembang di jaman dunia tanpa batas ini.

sekedar share...siapa tahu bermanfaat